Jumat, 30 Desember 2016

Worta-yeon, Brokoli-hye, dan Jagung-in

Kisah ini tentang  Worta-yeon, Brokoli-hye, dan Jagung-in. Ah, darimanakah aku harus bercerita? Dari sudut pandang siapa yang ingin paling bikin kalian penasaran?? Gimana kalau dari sudut pandang worta-yeon? 

Worta-yeon

Aku terlahir menjadi salah satu bagian dari tumbuhan. Menurut ilmu anatomi yang pernah ku dengar, di buku manusia aku disebut sebagai akar. Yah, aku adalah bagian yang tumbuh di dalam tanah. Tapi aku tak menyesali itu sedikitpun. Di dalam tanah tidak segelap yang mereka bayangkan. Hampir setiap saat ada hewan-hewan kecil yang kadang manari-nari menghiburku dan teman temanku yang lain. Ah, manusia sering menyebutnya konser. Bahkan kita pun juga memiliki jadwal konser sendiri.😄

"Eh, tau gak. Kita termasuk wortel yang beruntung kalau bisa menjadi salah satu bagian jus". Seru salah satu temanku, worta-man,  memicu percakapan. 

"Setuju! Kalau jadi jus, kita bisa menempati ruangan kita sendiri. Dan jika nasib kita mujur, ruangan kita terkadang terbuat dari kaca." timpal worta-hyun

"Oh ya? Ku dengar katanya kita juga ditempatkan di atas meja podium ya??" saut worta-sung. 

"Waaah... Senengnya. Jadi gak sabar pengen segera keluar dari sini. Rasanya udah lelah tiap hari harus mendorong tanah disekelilingku tiap kali tubuhku membesar." celetuk worta-ri yang berada di sampingku. 

Benarkah? Apakah menjadi jus adalah satu-satunya nasib yang paling beruntung? 

"Kalau kamu gimana worta-yeon? Kamu juga pengen jadi jus kan?" worta-ri menyenggol bahuku. 

Aku tersenyum dengan memamerkan sedikit gigiku dan menggelengkan kepalaku pelan. "Enggak... "
Mendengar jawabanku, secara serentak semua penghuni tanah menolehkan kepala mereka padaku. Mendapat respon seperti itu, tentu saja membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Aku tak mengira kalau mereka akan seterkejut itu. 
"Waaah, kamu gak waras deh kalau gak pengen jadi jus." celetuk suara yang langsung mendapat persetujuan semua penghuni.

"Kenapa?" tanyaku tak mengerti. Gak ada yang salah meskipun aku tak ingin menjadi jus. Iya kan?

"Gak normal kayaknya kamu. Coba sebutin alasan kenapa kamu gak pengen jadi jus?"

Jujur, aku bukan orang yang suka berbicara kalau tidak ada alasan yang membuatku bicara. Menurutku, pendengar yang baik lebih keren kan? -pose Vline-. Aku menghela nafas panjang sebelum mengangkat suaraku. Sebisa mungkin aku menatap balik mata-mata yang menatapku tajam dengan sebiasa yang aku bisa. 

"Setauku, kita ada untuk dimanfaatkan oleh manusia. Iya kan?" aku melihat ada beberapa yang mengangguk pelan, ada juga yang memicingkan matanya seakan baru pertama kali mendengarnya. "Menurutku, jadi jus bukan satu-satunya hasrat kita dicap sebagai wortel yang beruntung. Oke. Bisa jadi kita memang terlihat istimewa jika menjadi jus. Di pajang di estalase toko mereka, mendapat ruangan sendiri, terbuat dari kaca kayak sepatu cinderella dan mungkin bisa juga emas. Tapi itu hanya bermanfaat untuk manusia yang mempunyai lembar bernominal banyak, sedangkan tidak untuk mereka yang bahkan tidak punya lembar bernominal hanya logam dengan dua angka kosong dibelakangnya? Mereka tidak bisa memanfaatkan kita. Karena itu aku gak mau menjadi jus"

"Trus, kamu pengen jadi apa?"

To be continue...


0 komentar: