Sabtu, 04 Maret 2017

Gerbang Kenangan

Gerbang Kenangan.

Yah, sengaja tulisan ini memang kuberi judul ‘gerbang kenangan’ karena apa yang kutulis di sini adalah tentang ‘akibat’ dari ‘sebab’ tentang waktuku yang tlah lalu. Mungkin tulisan ini akan lebih terkesan seperti curhat (sepertinya setiap tulisanku kebanyakan curhat deh… hahaha), jadi kalau ntar tulisannya baper-baper gitu yaaah maklumin aja ya…
Toh, tulisan tanpa baper itu seakan sayur tanpa garam lho… (lhah, kok kayak nyanyian? :D)
Bagaimanapun juga, aku menulis dengan apa yang dikatakan oleh hatiku dan dibahasakan oleh pikiranku kemudian diwujudkan oleh jemariku dengan jajaran abjad bermakna. Tulisan ini untuk mereka. ^_^

Mungkin benar kata orang-orang, masa sekolah adalah masa yang paling susah dilupakan. Begitupun untukku. Sudah sekitar 3 tahun aku melepas seragam batik hijauku dan menggantinya dengan almamater berwarna biru. Meskipun begitu rasanya masa-masa berseragam masih saja terngiang di benakku. Aku masih ingat saat guru kimiaku yang paling sabar seantero jagad gak ada bandingnya (ceileh, ngrayu nih ceritanya… hehe) berkata,
            “kalau kuliah nanti, jangan sampai ngambil kimia ya. Beneran jangan sampai ngambil kimia.”
Dan karena kekeras kepalaanku, akhirnya aku tetap memilih kimia sebagai pilihanku. (hehehe).  Bukannya gak mau nurut omongannya guru, hanya saja cuma ‘si kimia’ yang berhasil menebar pesonanya dan membuatku tergoda untuk berkencan dengan Mr. Atom yang sangat menawan. (hahaha). Sekarang, aku jadi mengerti kenapa guruku mewanti-wantiku untuk tidak masuk jurusan kimia. Jadi, untuk adek-adekku yang udah terlanjur kena pesonanya kimia, kusaranin pikir-pikir dulu deh. Kuliah itu gak seindah kayak di FTV. Serius deh! Beneran, gak bohong! Hahaha
            Ngoten kan Bu Dian? (sambil nyengir kuda…)
Setelah tapakanku di dunia yang menurutku masih baru ini, untuk kesekian kalinya aku bergumam pada diriku sendiri kalau aku bisa menjadi seperti ini karena masa laluku. Akibat yang kujalani hari ini adalah sebab dari apa yang kulakukan kemarin. Dan jika aku boleh mengkerucutkan kembali, aku seperti ini karena jasa baik guruku. Eits, guru itu bukan hanya mereka yang berseragam saja lho… tapi siapapun yang mengenalkanku pada hal baru, siapapun yang mengajarkanku tentang dunia ini adalah guruku. Anggap saja mereka yang mengajariku tanpa harus berdiri di depan kelas adalah guru bayanganku. Eh, siapa tau ternyata kamu adalah salah satu dari guru bayanganku? Hehehe
Kalau boleh bisik-bisik, bahkan akupun belajar dari nyamuk yang tiap hari istiqomah gigit aku di pondok lhoooo…. Biasanya kalau pas temen-temen pidato itu bilang gini, ‘jangan melihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikan’. Jadi gak ada salahnya tho kita belajar dari nyamuk? Bahkan dari rantaing yang gak sengaja patahpun kita bisa belajar dari mereka. Iya gak?

            Gerbang Kenangan.

Yah. Setiap orang pasti memiliki kenangan. Bagiku, saat aku menginjakkan kaki di Pondok Pesantren Ngalah adalah langkah awal aku menapaki kenanganku. Dan saat aku memasuki gerbang bertuliskan Darut Taqwa (entah MA sataupun MTs), saat itulah setiap kenangan-kenaganku akan berhamburan dari kotak penyimpananku. Bagaimanapun juga aku besar disini, dan hampir sebagian umurku kujalani di sini. Di sinilah aku besar dan mulai mengenal dunia. Mulai dari arti dari hidup mandiri, bagaimana cara beradaptasi dengan lingkungan baru, bagaimana menjalani hari bersama teman, bagaimana cara beradab dan berbudi baik, dan mungkin juga bagaimana cara mencintai? (ceileeeh….)

Bukan hidup namanya kalau isinya cuma bahagia saja. Dan hidup yang monoton, tidak bisa dijadikan cerita. Iya gak?

Jangan tanya bagaimana masa-masa MA ku. Yang jelas banyak cerita yang terkadang kuselipkan dalam setiap tulisan-tulisanku. Aku punya guru-guru yang telatennya Masyaallah deh. Apalagi pas kelas tiga, yang bingung UN bukan murid-muridnya tapi malah guru-gurunya. Rasanya aku ngerasa berdosa banget sama beliau-beliau… bahkan pas mau UN pun aku dan teman-teman kelasku masih sempat-sempatnya nge-khatam-in drama korea! Hingga akhirnya ada guru BP yang tiba-tiba masuk dan nge-sita laptop nya. Ya itu kita baru berhenti nonton. Tapi pas masa sita-an udah selesai, ya kita capcus lagi…. hahaha. Siswa SMA banget kan? (naruh kedua tangan di depan dada sambil membungkuk dan berkata ‘maafin kami buuk… paaak…)

Sahabat? Aku juga pernah punya sahabat gila, dan sepertinya sekarangpun juga masih tetap gila. Hehe. Jika nanti kalian menemukan ke-gila-an dalam diriku, salahkan dia yang nularin virus gila padaku ya? Ups. Sssst, jangan ramai-ramai nanti dia kedengeran. Hahaha

Dan cinta?
Gak normal kan kalau kita gak pernah merasakan cinta barang sekalipun? Yah, tentu saja aku punya cerita cinta di masa ber-seragamku. Cinta sederhana yang belum memiliki alasan untuk tetap terjalin. Yah, cinta yang bahkan tak butuh dasar untuk terasakan. Cinta itu ada, dan sesederhana itu saja. Tuh kan… kumat bapernya? Hahaha

Dan semua itu terjadi di saat aku masih berseragam. Karena itu saat aku melepas seragamku, aku tak bisa begitu saja berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang. Kenangan dan angan, mereka adalah dua hal yang berbeda kiblat. Jika kenangan tersudut pada belakang, maka angan mengarah ke depan. Tapi bagiku, anganku ada di dalam kenanganku. Selayaknya depan yang tidak akan menjadi depan jika tidak ada belakang.

Karena itu, terimakasih untuk semua orang yang telah menjadi kenanganku, karena kalian aku bisa berangan.
Terimakasih untuk sahabat-sahabat yang pernah berharap mempertahankan senyumku pun ingin menghapus senyumku.
Terimakasih untuk seorang sahabat yang dengan sabar mengenalkanku pada dunia. Dan sampai sekarangpun masih.^_^
Terimakasih untuk dia yang pernah mengenalkanku dengan kasih sayang,
Terimakasih guru-guru yang memberikan cahaya di lautan kebodohanku,
Terimakasih Romo Kyai Sholeh Bahruddin, yang bersedia membengkeli-ku dari yang bukan siapa-siapa hingga menjadi siapa-siapa.
Terimakasih buat ADI (Ayah dan Ibu) tercinta yang tidak bisa kusebutkan lagi apa-apa yang seharusnya ku terimakasihkan pada kalian

Dan terimakasih Tuhan, untuk setiap cerita yang Kau buat untukku.
Terimakasih karena Kau meng-ada-kanku dan mereka. J


An050317

0 komentar: