Kamis, 13 Desember 2018

Ternyata dia cuma pelangi

Ternyata dia cuma pelangi. Yang sejenak hadir memberikan warna dalam lembaran kisah sederhanaku. Yang datang setelah hujan mengguyur jiwa dan mendung melingkupi kehampaan. Setelah tawa tak lagi terharap, ia memudar bahkan sebelum jariku tuntas membahasakannya.

Ternyata dia cuma pelangi. Yang menggerakkan goresanku menguraikan abjadnya. Merebahkan fikirku menelisik makna kehadirannya. Namun, saat kaki menjejak hamparan warna harapan, ternyata iramanya menjatuhkanku melewati parit ingatan.

Saat pertanyaan 'kenapa' yang tak pernah terlontar tak pernah mendengar jawaban 'karena', bahkan bibirpun seakan bisu dan telinga seakan tuli, hanya dugaan yang menemaniku dalam perlakuan yang berbeda darinya.

Ternyata dia cuma pelangi, bukan matahari yang seakan pernah mengisyaratkanku sebagai rembulan.

Kamu, terimakasih untuk semua ingatan, dan maaf untuk sebuah rasa yang sederhana dengan kisah yang tak sederhana.


0 komentar: