Gerbang Kenangan
Gerbang Kenangan.
Yah, sengaja tulisan ini memang
kuberi judul ‘gerbang kenangan’ karena apa yang kutulis di sini adalah tentang
‘akibat’ dari ‘sebab’ tentang waktuku yang tlah lalu. Mungkin tulisan ini akan
lebih terkesan seperti curhat (sepertinya setiap tulisanku kebanyakan curhat
deh… hahaha), jadi kalau ntar tulisannya baper-baper gitu yaaah maklumin aja
ya…
Toh, tulisan tanpa baper itu seakan
sayur tanpa garam lho… (lhah, kok kayak nyanyian? :D)
Bagaimanapun juga, aku menulis
dengan apa yang dikatakan oleh hatiku dan dibahasakan oleh pikiranku kemudian
diwujudkan oleh jemariku dengan jajaran abjad bermakna. Tulisan ini untuk
mereka. ^_^
Mungkin benar kata orang-orang, masa
sekolah adalah masa yang paling susah dilupakan. Begitupun untukku. Sudah
sekitar 3 tahun aku melepas seragam batik hijauku dan menggantinya dengan
almamater berwarna biru. Meskipun begitu rasanya masa-masa berseragam masih
saja terngiang di benakku. Aku masih ingat saat guru kimiaku yang paling sabar
seantero jagad gak ada bandingnya (ceileh, ngrayu nih ceritanya… hehe) berkata,
“kalau
kuliah nanti, jangan sampai ngambil kimia ya. Beneran jangan sampai ngambil
kimia.”
Dan
karena kekeras kepalaanku, akhirnya aku tetap memilih kimia sebagai pilihanku.
(hehehe). Bukannya gak mau nurut
omongannya guru, hanya saja cuma ‘si kimia’ yang berhasil menebar pesonanya dan
membuatku tergoda untuk berkencan dengan Mr. Atom yang sangat menawan.
(hahaha). Sekarang, aku jadi mengerti kenapa guruku mewanti-wantiku untuk tidak
masuk jurusan kimia. Jadi, untuk adek-adekku yang udah terlanjur kena pesonanya
kimia, kusaranin pikir-pikir dulu deh. Kuliah itu gak seindah kayak di FTV. Serius
deh! Beneran, gak bohong! Hahaha
Ngoten
kan Bu Dian? (sambil nyengir kuda…)
Setelah
tapakanku di dunia yang menurutku masih baru ini, untuk kesekian kalinya aku
bergumam pada diriku sendiri kalau aku bisa menjadi seperti ini karena masa
laluku. Akibat yang kujalani hari ini adalah sebab dari apa yang kulakukan
kemarin. Dan jika aku boleh mengkerucutkan kembali, aku seperti ini karena jasa
baik guruku. Eits, guru itu bukan hanya mereka yang berseragam saja lho… tapi
siapapun yang mengenalkanku pada hal baru, siapapun yang mengajarkanku tentang
dunia ini adalah guruku. Anggap saja mereka yang mengajariku tanpa harus
berdiri di depan kelas adalah guru bayanganku. Eh, siapa tau ternyata kamu
adalah salah satu dari guru bayanganku? Hehehe
Kalau boleh bisik-bisik, bahkan
akupun belajar dari nyamuk yang tiap hari istiqomah gigit aku di pondok lhoooo….
Biasanya kalau pas temen-temen pidato itu bilang gini, ‘jangan melihat siapa
yang menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikan’. Jadi gak ada salahnya tho
kita belajar dari nyamuk? Bahkan dari rantaing yang gak sengaja patahpun kita
bisa belajar dari mereka. Iya gak?
Gerbang
Kenangan.
Yah. Setiap orang pasti memiliki
kenangan. Bagiku, saat aku menginjakkan kaki di Pondok Pesantren Ngalah adalah
langkah awal aku menapaki kenanganku. Dan saat aku memasuki gerbang bertuliskan
Darut Taqwa (entah MA sataupun MTs), saat itulah setiap kenangan-kenaganku akan
berhamburan dari kotak penyimpananku. Bagaimanapun juga aku besar disini, dan
hampir sebagian umurku kujalani di sini. Di sinilah aku besar dan mulai
mengenal dunia. Mulai dari arti dari hidup mandiri, bagaimana cara beradaptasi
dengan lingkungan baru, bagaimana menjalani hari bersama teman, bagaimana cara
beradab dan berbudi baik, dan mungkin juga bagaimana cara mencintai? (ceileeeh….)
Bukan hidup namanya kalau isinya cuma
bahagia saja. Dan hidup yang monoton, tidak bisa dijadikan cerita. Iya gak?
Jangan tanya bagaimana masa-masa MA
ku. Yang jelas banyak cerita yang terkadang kuselipkan dalam setiap
tulisan-tulisanku. Aku punya guru-guru yang telatennya Masyaallah deh. Apalagi pas
kelas tiga, yang bingung UN bukan murid-muridnya tapi malah guru-gurunya. Rasanya
aku ngerasa berdosa banget sama beliau-beliau… bahkan pas mau UN pun aku dan
teman-teman kelasku masih sempat-sempatnya nge-khatam-in drama korea! Hingga akhirnya
ada guru BP yang tiba-tiba masuk dan nge-sita laptop nya. Ya itu kita baru
berhenti nonton. Tapi pas masa sita-an udah selesai, ya kita capcus lagi….
hahaha. Siswa SMA banget kan? (naruh kedua tangan di depan dada sambil
membungkuk dan berkata ‘maafin kami buuk… paaak…)
Sahabat? Aku juga pernah punya
sahabat gila, dan sepertinya sekarangpun juga masih tetap gila. Hehe.
Jika nanti kalian menemukan ke-gila-an dalam diriku, salahkan dia yang nularin
virus gila padaku ya? Ups. Sssst, jangan ramai-ramai nanti dia
kedengeran. Hahaha
Dan cinta?
Gak normal kan kalau kita gak pernah
merasakan cinta barang sekalipun? Yah, tentu saja aku punya cerita cinta di
masa ber-seragamku. Cinta sederhana yang belum memiliki alasan untuk tetap
terjalin. Yah, cinta yang bahkan tak butuh dasar untuk terasakan. Cinta itu
ada, dan sesederhana itu saja. Tuh kan… kumat bapernya? Hahaha
Dan semua itu terjadi di saat aku
masih berseragam. Karena itu saat aku melepas seragamku, aku tak bisa begitu
saja berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang. Kenangan dan angan, mereka
adalah dua hal yang berbeda kiblat. Jika kenangan tersudut pada belakang, maka angan
mengarah ke depan. Tapi bagiku, anganku ada di dalam kenanganku. Selayaknya depan
yang tidak akan menjadi depan jika tidak ada belakang.
Karena itu, terimakasih untuk semua
orang yang telah menjadi kenanganku, karena kalian aku bisa berangan.
Terimakasih untuk sahabat-sahabat
yang pernah berharap mempertahankan senyumku pun ingin menghapus senyumku.
Terimakasih untuk seorang sahabat
yang dengan sabar mengenalkanku pada dunia. Dan sampai sekarangpun masih.^_^
Terimakasih untuk dia yang pernah
mengenalkanku dengan kasih sayang,
Terimakasih guru-guru yang
memberikan cahaya di lautan kebodohanku,
Terimakasih Romo Kyai Sholeh
Bahruddin, yang bersedia membengkeli-ku dari yang bukan siapa-siapa hingga
menjadi siapa-siapa.
Terimakasih buat ADI (Ayah dan Ibu)
tercinta yang tidak bisa kusebutkan lagi apa-apa yang seharusnya ku
terimakasihkan pada kalian
Dan terimakasih Tuhan, untuk setiap
cerita yang Kau buat untukku.
Terimakasih karena Kau
meng-ada-kanku dan mereka. J
An050317
0 komentar: