Rabu, 24 Juli 2019

Menulis. Impian. Butuh


            Menulis.
            Entah masih se-istimewa apakah menulis bagiku saat ini. Aku masih menulis, hanya saja kepercayaan diriku mulai memudar. Tiba-tiba saja aku terlalu berhati-hati saat ingin menulis hingga akhirnya jari-jariku cuma berhenti di atas laptop dan tak jadi menulis. Aku ragu. Aku mulai ragu pada diriku sendiri. Aku mulai ragu kalau aku memang benar-benat suka menulis. Apa sebenarnya aku hanya pura-pura suka menulis? Atau aku menulis hanya untuk berpura-pura? Entahlah. Kadangkala aku tak memahami diriku sendiri, tapi masih saja meminta pemahaman dari orang lain.
            Impian.
            Aku mulai lupa rasanya bermimpi tinggi. Aku mulai melupakan ambisi untuk meraih setiap mimpi itu dengan tanganku sendiri. Bukan karena tak mau, tapi langkahku mulai melemah. Langkahku juga tak berjangka lebih lebar dari sebelumnya, malah cenderung mengecil. Bisa jadi aku malah tak melangkah sama sekali. Tapi bukan berarti aku tak pernah bermimpi untuk bermimpi. Aku masih bermimpi. Hanya saja mimpi itu masih mimpi.
            Butuh.
            Butuh? Apa aku menulis kata butuh? Aku juga tak tau kenapa aku menulis kata butuh. Aku menulisnya tanpa sadar. Apakah itu berarti aku sedang berkecipung dengan kata ‘butuh’? Bisa iya bisa tidak. Aku memang butuh. Butuh semangat baru, butuh motivasi baru, butuh alasan untuk tetap menulis impianku. Aku butuh seseorang yang bisa mendukung setiap impianku, bersama. Sepertinya kalimat yang terakhir adalah yang paling tegas diantara semua kalimat yang kutulis sebelumnya.

Yah, begitulah.

0 komentar: