Surga Tidak Bisa diBeli dengan Ibadah
Bel
jamaah maghrib sudah berbunyi saat nafa masih terpekur di depan Al-Qurannya. Rasanya
ia seperti menghadapi kecemburuan yang dahsyat dari ayat-ayat yang terukir
indah di setiap lembar mushafnya. Seakan ia berbisik, “ini balasanmu karena
kemarin jarang menghiraukanku dan sibuk menghiraukan hal lain.”
Nafa
menghela nafa dalam. Ia mengakui ini salahnya. Dua minggu di rumah membuatnya
jarang menyapa mushafnya kecuali setelah maghrib dan subuh. Itupun ‘kencan’
yang mereka lakukan tidak selama biasanya.
Pantas
saja kamu cemburu.
Batin
nafa dalam hati. Sekarang ia mempunyai misi, yaitu meredakan amarahnya secepat
mungkin sebelum ia benar-benar ditinggalkan.
“Nafa,
gak lupa kan kalau sekarang waktunya pujian?” tegur sebuah suara di depan pintu
kamarnya. Sejenak nafa terdiam seraya mengerutkan keningnya, sebelum kemudian
ia menepuk dahinya pelan.
“istaghfirurobbakum!
Maaf, lupa…hehehe.” Nafa memamerkan deretan giginya dan langsung melompat
mengambil sajadah dan bergegas ke musholla.
Di
musholla masih sepi kecuali satu orang yang tengah menata rak tempat Al-Qur’an
dan kitab di pojok musholla. Sarah.
“waktunya
pujian ya?” sapa sarah saat melihat kedatangan nafa yang tergopoh-gopoh.
“iya.
Hehe” untuk kesekian kalinya nafa memamerkan deretan giginya yang tidak rata. Sepertinya
nafa berbakat menjadi model iklan salah satu pasta gigi.
“silahkan
nafa. Yang serius ya… jangan sambil ketawa.” Ujar sarah sambil menggantungkan
sapu lidi di tembok belakang.
“siap!”
nafa mengangkat jari jempolnya seraya mengerlingkan matanya yang membuat sarah
langsung tergelak. “oh iya, nanti setoran sama siapa sarah? Kamu apa ustadz?”
Yah, bisa dibilang sarah adalah santri yang istimewa. Selain ia memiliki
hafalan yang paling banyak di sini –sepertinya sih dia sudah selesai- , sarah
tidak pernah absen tahajud, dhuha dan jamaah. Bahkan puasapun ia ‘daud’. Jika yang
lain masih sering macet di tengah ayat, sepertinya tidak ada kamus macet di
hafalan sarah. Jadi juz keberapapun yang harus ia baca saat menjadi imam, ia
tidak pernah berhenti. Pernah ketika ramadhan, ia menggantikan ustadz menjadi
imam sholat tarawih. Karena target ma’had sebulan khatam, jadilah setiap
tarawih satu juz. Mungkin karena itulah ustadz mempercayainya sebagai badal penerima
setoran apabila beliau berhalangan. Diam-diam sebenarnya nafa iri dengan sarah.
Ia ingin memiliki keistiqomahan seperti sarah.
“sama
ustadz ya. Kan ustadz ada.” Jawab sarah dengan tersenyum. Padahal nafa berharap
setoran ke sarah karena akibat kecemburuan mushafnya, satu halaman yang ia
siapkan belum jadi.
“okelah.”
Sahut nafa dengan membikin lingkaran dari jari jempol dan telunjuknya.
###
“barang
siapa yang anaknya membaca dan mengamalkan ayat Al-Qur’an, maka orang tuanya
diberikan kedudukan dengan makhkota yang cahayanya melebihi cahaya matahari. Lha
wong orang tuanya aja diberikan kedudukan seperti itu, apalagi anaknya yang
mengamalkan?” terang ustadz nafa saat menerangkan salah satu hadits di dalam
kitab ‘At-Tibyan’ sebagai pengisi liburan kuliah.
Yah,
sebenarnya liburan kuliah merupakan hari merdekanya anak kuliah. Tidak seperti
liburan sekolah yang paling lama dua minggu, liburan kuliah bisa sampai sebulan
lebih. Bahkan ada yang dua bulan.
“daripada
kalian di rumah makan tidur aja, lebih baik di pondok ngopeni Al-Qur’annya”
begitulah nasihat ustadz sebelum pulangan kemaren.
“orang
yang menghafal Al-Qur’an memiliki 10 tiket ke surga untuk orang yang dijamin
masuk neraka. Misalnya nih kalian punya saudara yang dosanya sangat
banyak dan dijamin masuk neraka, orang yang menghafal Al-Quran dapat memberikan
syafaat pada kerabat tersebut. Dan jika dia penghafal juga mengamalkan juga,
maka ia dapat memberikan syafaat kepada siapapun yang ia inginkan. Karena itu,
kalau bisa kita dekat-dekat dengan kyai sepuh-sepuh. Karena beliau-beliau sudah
tidak memikirkan dunia lagi. Siapa tau kita nanti bisa dibantu beliau juga.”
Diam-diam
nafa mencolek sarah yang duduk di sampingnya.
“sarah,
besok ingat aku ya pas di akhirat. Yang kalau setoran nakal sendiri.” Celetuk nafa
yang langsung membuat sarah membulatkan matanya.
“masyaallah.
Aku gak termasuk naf.” Sergah sarah spontan. Kalau kamu bilang gak bisa,
apalagi aku? Nafa tertawa miris di dalam hati.
“masuk
surga itu murni karena rahmat Allah, bukan karena amal kita.”
Deg.
Nafa langsung terdiam saat mendengar penjelasan ustadznya. Lha kalau tidak
karena amal terus karena apa coba?terus apa gunanya amal kita kalau ternyata
amal kita tidak mempengaruhi?
“karena
sejatinya amal baik itu dari Allah. Misalnya orang yang menghafal Al-Quran
tidak akan bisa menjadi penghafal kalau dia tidak dipilih oleh Allah. Jadi
bersyukurlah karena kita sudah dipilih oleh Allah untuk menjaga kalam-Nya. Al kisah
ada seorang sahabat pada zaman nabi musa dulu merupakan ahli ibadah. Jadi hidupnya
selalu dibuat beribadah sampai dia tidak menikah karena khawatir mempengaruhi
ibadahnya. Suatu hari ia sowan kepada nabi musa dan berkata ‘wahai nabi
musa. Tolong tanyakan pada Allah, di surga nanti saya ada di lantai berapa’. Karena
nabi musa menerima langsung firman dari Allah seperti dalam ayat yang gimana
bunyinya?”
“wa
kallamallahu musa taklimaa” sahut sarah yang tentu saja membuat nafa yang
berada di sampingnya takjub.
“ahsanti.
Jadi nabi musa bertanya pada Allah. ‘ya Allah, ini ummatku ada yang hidupnya
dihabiskan dengan beribadah. Bahkan dia tidak menikah karena ingin terus
beribadah kepada-Mu. Kira-kira di surga dia ini di lantai berapa ya?’ kira-kira
begitulah nabi musa nanyanya.” Semua santri tertawa mendengar gaya bercerita
sang ustadz yang seperi teaterikal, tak terkecuali nafa.
“kemudian
Allah menjawab ‘oh, dia ini ada di neraka paling bawah musa’. Nabi musa kaget
mendengar jawaban Allah, ‘lhoh, ini seriusan ya Allah? dia gak pernah ninggalin
ibadah kepada-Mu ya Allah’. ‘iya, neraka bawah sendiri’. Akhirnya nabi Musa
menyampaikan pada umat beliau yang ahli ibadah tersebut. ‘ya fulan, kata Allah
kamu berada di neraka paling bawah’. Seketika si fulan ini menangis
tersedu-sedu dan berdoa kepada Allah. ‘Ya Allah, jika memang aku Engkau
tempatkan di neraka paling bawah, jadikanlah hamba menjadi beesar hingga
menutupi pintu neraka agar ummat nabi musa yang bahkan tidak pernah ibadah
tidak bisa memasuki pintu neraka’. Dan karena doa si fulan tersebut, Allah
memasukkannya ke dalam surga.”
Nafa
menghela nafas dalam. Banyak hal yang kini berkecamuk di pikirannya.
“jadi
surga tidak bisa dibeli dengan ibadah. Gak mesti orang yang ahli
ibadah selalu masuk surga dan orang yang tidak pernah beribadah berarti calon penghuni
neraka. Pernah dengar kisahnya kyai basesoh?” serentak samua santri menjawab
tidak. Ada yang berbisik-bisik menebak kira-kira kisah yang mana?
“kisah
yang mabuk itu gak sarah?” tanya nafa pada sarah. Kalau menyangkut tentang cerita,
nafa termasuk salah satu penggemarnya. Karena itu, ia sangat suka mendengarkan
cerita, membaca cerita, dan menceritakan cerita. Diam-diam ia bersyukur dengan ‘bakat’
cerewetnya.
“sudah
tau kayaknya ya? Cerita terkenal ini.” sela ustadz.
“belum
ustadz….” Jawab yang lain seraya melemparkan tatapan tajam pada nafa seakan
berbicara ‘diamlaah. Biar waktu kita habis untuk bercerita’. Yah, nafa hafal betul
dengan perasaan teeman-temannya.
“ya
udah. Tak ceritain lagi ya. Jadi kyai basesoh ini adalah kyai yang sangat ‘alim
dan terkenal. Bahkan murid-murid beliau dikatakan bisa terbang dan menjadi kyai-kyai
besar juga. Suatu saat Allah memberikan cobaan pada kyai basesoh. Karena yang
di uji adalah kyai yang hebat, jinnya juga harus hebat juga ini… si iblis ini
menyamar menjadi manusia dan menjadi santri kyai basesoh. Ketika menjadi
santri, si iblis ini di dalam masjid terus gak pernah keluar. Jadi kyai basesoh
penasaran dan mendatangi si santri tersebut dan bertanya. ‘wahai santriku,
gimana kamu kok bisa kuat berdzikir terus di dalam masjid, gak makan, gak
minum, gak tidur. Saya saja masih butuh makan, minum kadang juga ngantuk. Beritau
saya rahasiamu.’ Namanya iblis, ya tentu aja kuat ya sampai mau nyamain
malaikat. Akhirnya si iblis ini berkata ‘saya bisa seperti ini karena saya dulu
pernah ngelakuin dosa pak kyai. Kan beda ibadahnya orang yang sudah pernah
melakukan dosa sama orang yang belum pernah melakukan dosa’. Wah, pinter ya si
iblis ini?”
Karena
terlalu serius mendengarkan cerita, nafa hanya menarik kedua ujung bibirnya ke
atas. Getir.
“setelah
itu kyai basesoh bertanya dosa besar apa yang pernah dilakukan oleh si iblis
yang dikira kyai basesoh sebagai santri beliau tersebut. ‘itu kyai, saya pernah
membunuh orang’. lalu kyai basesoh menjawab ‘wah, jangan membunuh lah. Itu kan
mendzolimi orang lain’. ‘saya juga pernah berzinah kyai’. ‘ya jangan berzinah’.
‘bagaimana kalau minum khomr?’ tanya si iblis. ‘okelah kalau minum khomr. Itukan
mudhorotnya untuk saya sendiri’. Akhirnya kyai basesoh minum khomr di dalam
kamarnya. Dan saat itulah si iblis beraksi dengan berangkat kepada raja yang
putrinya sedang sakit. Ia berkata kalau ada kyai yang bisa menyembuhkan putri
raja tersebut. Saat itu kyai basesoh dalam keadaan mabuk dan iblis memasukkan
putri raja tersebut ke dalam kamar kyai basesoh. Namanya orang mabuk ya tidak
ingat apa-apa ya, dan akhirnya putri tersebut di zinahi oleh kyai basesoh. Dan setelah
sadar, kyai basesoh ketakutan dan akhirnya putri tersebut di bunuh juga. Si
iblis yang mengetahui perangkapnya berhasil, ia mengadu kepada raja bahwa
putrinya tidak diobati malah dibunuh. Sang raja marah dan memerintahkan
pasukannya untuk menangkap kyai basesoh dan memeenggalnya. Sebelum pemenggalan
kyai basesoh menyesal dan ingin bertobat pada Allah, tapi tidak bisa jika dia
masih dalam keadaan terikat seperti ini. Jadi dia meminta iblis untuk
menyelamatkannya agar ia bisa bertaubat. ‘saya bisa menyelamatkanmu kyai, tapi
kamu harus mengakui kalau Allah itu adalah hamba dan aku adalah Tuhanmu’. Karena
tidak mempunyai lain agar beliau bisa lepas dari ikatan tersebut, akhirnya kyai
basesoh menuruti iblis dan seketika itu algojo memenggal kepalanya. Kyai basesoh
meninggal dalam keadaan kufur. Na’udzubillahimindzalik.”
“banyak
kisah-kisah seperti itu. Hal yang sepertinya remeh ternyata bisa jadi murka
atau kasih sayang Allah. Pernah dengar Imam Ghozali pengarang kitab ihya’
ulumuddin? Beliau merupakan orang yang mulia kan? Di surganya Allah, Imam
Ghozali diberikan singgahsana di sana. Ternyata yang menjadikannya mulia bukan
karena kitab-kitab yang beliau karang atau karena beliau ahli ibadah. Tapi karena
ketika beliau mengarang kitab, ada sseekor lalat yang meminum tintanya dan
beliau membiarkan lalat tersebut minum. Hal sederhana tersebutlah yang diterima
oleh Allah. Dan juga pernah dengar cerita pelacur yang masuk surga karena
memberi minum seekor anjing? Hingga akhirnya pelacur tersebut meninggal karena
kehausan?”
“kita
tidak tau amal kita manakah yang diterima oleh Allah. Jadi jangan mentang-mentang
yang ibadahnya banyak berikir ‘saya pasti masuk surga nih’dan meremehkan yang
ibadahnya jarang. Siapa tau Rahmat Allah diberikan kepada siapa. Karena itu
surga tidak bisa dibeli dengan ibadah. Masuk surga itu murni Rahmat Allah.
wallahua’lam.”
###
Nafa
termenung di dalam kamarnya. Surga tidak bisa dibeli dengan ibadah. Yah,
bukankah sejatinya manusia dan jin memang diciptakan untuk beribadah? Berarti ibadah
memang tanggung jawab manusia. Jika tidak beribadah, kok cek ngelamake udah
diciptain malah nuntut minta masukin surga karena udah beribadah yang memang
udah seharusnya dilakukan. Lucu ya?
Nafa
juga pernah menemukan ayat yang artinya sesungguhnya segala sesuatu yang baik
itu dari Allah dan sesuatu yang buruk itu karena kesalahan manusia sendiri.
Lha
kene iki sopo njalok gusti Allah nglebokno kene nang surgo?
Sejenak
nafa melirik mushaf yang berada di dekapannya. Di akhirat nanti, kamu mau
membantuku kan?
###
Ya Allah biha Ya Allah biha Ya Allah
bihusnil khotimah
an120117
Ilmu dari ust. H. Muhammad Maliku Fajri Shobah, Lc
(haamilul (Hafidzul) Quran dan pengasuh Ma'had Hufadz Bilingual Darul Hikmah)
0 komentar: