Rabu, 16 September 2020

Aku akan Menulis, Lagi


Aku akan menulis, lagi.

 

Setahun terakhir ini, tanganku menjadi lebih bisu. Padahal suara saja aku tak pandai mengeluarkan. Aku tak menyangka jika aku akan membisukan jemariku juga. Sebenarnya semua ini bukan karena tanpa alasan. Ada beberapa episode dari Tuhan yang membuatku berpikir tak semua rasa bisa kutuliskan. Tak semua kecamuk di kepala bisa dikeluarkan. Dan hal itu, membuatku lebih sering merenung untuk membaca lebih dalam.

Seakan buku yang tak pernah habis halamannya, begitulah aku menyimpulkan tentang kehidupan. Ada saat dimana halamannya begitu menarik hingga larut ke dalamnya, adakala bacaannya membosankan hingga enggan meneruskannya, adakala ketika begitu menyesakkan hingga serasa ingin menutupnya saja, dan adakala begitu membuat penasaran hingga terburu untuk menemukan jawabannya. Aku seakan lupa, sejatinya buku adalah untuk dinikmati. Syukur-syukur bisa meresapi dan menemukan maksud pesan yang disampaikan oleh sang penulis. Dan setahun terakhir ini, itulah yang sedang aku pelajari. Sekarang? tentu saja aku masih terus belajar. Semakin membaca kehidupan, semakin aku merasa tak tau apa-apa. Aku jadi teringat beberapa orang yang kutemui yang merasa tau segalanya. Yah, mungkin mereka memang tau lebih banyak.

Aku bukan pengingat yang baik. Aku pelupa, dan bisa jadi parah. Karena itu aku menulis untuk membantuku ingat. Aku tak ingin terjatuh pada perih yang sama hanya karena tak mengingat pembelajaran yang pernah kulalui sebelumnya. Pikiranku, hanya bersembunyi di balik kata-kata singkat tanpa menjelaskan panjang lebar. Tapi ternyata semakin singkat tulisanku, semakin panjang praduga tak tepat dari mereka. Sebenarnya aku tak terlalu mempedulikan, karena yang paling sulit di dunia ini memang membuat orang lain mengerti kita. Jadi aku tak memaksakan maksud mereka harus sama dengan maksudku atau sebaliknya. Namun yang paling kukhawatirkan adalah diriku.

Sifat pelupaku yang hampir menyentuh kata parah membuatku harus menulis untuk mengingatkan diriku sendiri. Tidak menulis hanya karena khawatir orang lain melemparkan praduga, adalah kesalahan yang tak bisa kuabaikan. Penyesalanku adalah menekan perasaanku sendiri, lalu memilih untuk mengunci mulut dan membisukan jemariku. Aku tak percaya dengan apa yang sudah kulakukan setahun ini pada diriku sendiri. Aku seakan membatasi ruang gerakku sendiri.

Karena itu lewat tulisan ini aku ingin mendeklarasikan  -semoga bisa meng-istiqomahkan juga- kalau aku akan menulis, lagi.

 

Bismillah, untuk setiap pilihan yang masih terus menggoyahkan.

 

-snj

1 komentar: