Aku akan Menulis, Lagi
Aku akan menulis, lagi.
Setahun terakhir ini, tanganku menjadi lebih bisu. Padahal suara
saja aku tak pandai mengeluarkan. Aku tak menyangka jika aku akan membisukan
jemariku juga. Sebenarnya semua ini bukan karena tanpa alasan. Ada beberapa
episode dari Tuhan yang membuatku berpikir tak semua rasa bisa kutuliskan. Tak
semua kecamuk di kepala bisa dikeluarkan. Dan hal itu, membuatku lebih sering
merenung untuk membaca lebih dalam.
Seakan buku yang tak pernah habis halamannya, begitulah aku
menyimpulkan tentang kehidupan. Ada saat dimana halamannya begitu menarik
hingga larut ke dalamnya, adakala bacaannya membosankan hingga enggan meneruskannya,
adakala ketika begitu menyesakkan hingga serasa ingin menutupnya saja, dan
adakala begitu membuat penasaran hingga terburu untuk menemukan jawabannya. Aku
seakan lupa, sejatinya buku adalah untuk dinikmati. Syukur-syukur bisa meresapi
dan menemukan maksud pesan yang disampaikan oleh sang penulis. Dan setahun
terakhir ini, itulah yang sedang aku pelajari. Sekarang? tentu saja aku masih
terus belajar. Semakin membaca kehidupan, semakin aku merasa tak tau apa-apa.
Aku jadi teringat beberapa orang yang kutemui yang merasa tau segalanya. Yah,
mungkin mereka memang tau lebih banyak.
Aku bukan pengingat yang baik. Aku pelupa, dan bisa jadi
parah. Karena itu aku menulis untuk membantuku ingat. Aku tak ingin terjatuh
pada perih yang sama hanya karena tak mengingat pembelajaran yang pernah
kulalui sebelumnya. Pikiranku, hanya bersembunyi di balik kata-kata singkat
tanpa menjelaskan panjang lebar. Tapi ternyata semakin singkat tulisanku,
semakin panjang praduga tak tepat dari mereka. Sebenarnya aku tak terlalu
mempedulikan, karena yang paling sulit di dunia ini memang membuat orang lain
mengerti kita. Jadi aku tak memaksakan maksud mereka harus sama dengan maksudku
atau sebaliknya. Namun yang paling kukhawatirkan adalah diriku.
Sifat pelupaku yang hampir menyentuh kata parah membuatku
harus menulis untuk mengingatkan diriku sendiri. Tidak menulis hanya karena
khawatir orang lain melemparkan praduga, adalah kesalahan yang tak bisa
kuabaikan. Penyesalanku adalah menekan perasaanku sendiri, lalu memilih untuk
mengunci mulut dan membisukan jemariku. Aku tak percaya dengan apa yang sudah
kulakukan setahun ini pada diriku sendiri. Aku seakan membatasi ruang gerakku
sendiri.
Karena itu lewat tulisan ini aku ingin mendeklarasikan -semoga bisa meng-istiqomahkan juga- kalau aku
akan menulis, lagi.
Bismillah, untuk setiap pilihan yang masih terus
menggoyahkan.
-snj
Luar biasa🥰
BalasHapus