Kamis, 17 Mei 2018

Terjebak Dalam Mimpi


Hasil gambar untuk lucid dreaming
Hari itu aku tertidur dan bermimpi. Dalam mimpiku, aku seakan melewati sawah yang di sampingnya berdiri bangunan besar bersama teman-temanku. Saat itu aku benar-benar merasa bahagia.
“Ayo lari mbak Anna!” teriak salah satu temanku. Tapi sepertinya ada yang aneh. Teman-temanku adalah teman kuliah, namun kita bermain di tempat ketika aku kecil dulu yang sudah pasti tidak seharusnya mereka mengetahuinya. Saat itu aku sadar, kalau aku tengah ‘BERMIMPI’.
Yah, aku memang sering sekali sadar dalam mimpi. Bahkan tak jarang aku seakan menggerakkan mimpiku seperti kemauanku sendiri. Aneh memang, namun ketika aku bertanya pada ‘google’, ada penjelasan ilmiah tentang itu. LUCID DREAMING, mereka menyebutnya.
Tanggung sudah sadar kalau bermimpi, akhirnya aku mengikuti saja kemana mimpi ini membawaku. Lalu aku ingat, kalau ada temanku diyyah yang tadi berkata mau ke kamarku hendak meminjam laptop yang berarti aku harus bangun dan mengakhiri mimpiku. Akhirnya, aku berusaha bangun dan memotong mimpiku.
Mbak, ntar ke kampus jam berapa?
Sebuah pesan muncul di layar hapeku. Hari ini aku tidak ada jam kuliah, karena kabar kemarin mengatakan kalau kuliahku diganti besok. Syukurlah, karena aku juga belum belajar untuk presentasi. Tapi bagaimanapun juga, aku nanti juga harus ke kampus, konsul.
Lalu aku membalik badanku, dan tertidur lagi. Tapi ada yang aneh. Rasanya aku tidak benar-benar tidur, atau mungkin aku tadi tidak benar-benar bangun. Lalu aku sadar kalau ternyata aku masih dalam ‘MIMPI’.
Aku menghela napas. Ku perintahkan pada neuron saraf-sarafku agar mengirimkan sinyal yang membuatku sadar. Ketika terbangun, aku berada di atas kasurku. Kulirik mbak Citra yang masih mengerjakan tugas dengan laptopku.
“mbak, jam berapa?” kutanya.
“setengah 9 An, tidur lagi aja.”
Dan entah kenapa tiba-tiba aku jatuh tertidur lagi. Padahal niatku ingin terbangun. Lagi-lagi ada yang aneh. Perasaan yang sama ketika aku tidak benar-benar terbangun. Yah, aku terbangun dalam mimpi.
Aku mulai kesal. “aku mau bangun!” teriakku pada diri sendiri. Kupaksa tubuhku untuk tergerak, lalu mataku terbuka. Ada Diyyah di sana. Rupanya dia sudah datang, yang berarti aku sudah ‘terbangun’.
“mbak, ini aku pinjem laptopnya ya.” ucap diyyah. Aku mengangguk.
“trus tadi ada yang WA pean, tanya namanya pak Anton. Jadi tak bales.”
Tanya namanya pak Anton? Aku mulai merasakan keganjalan. Aku melihat mbak Citra yang asyik dengan hapenya namun tidak melihat ke arahku.
“jam berapa ini?” kutanya.
“setengah sepuluh mbak.”
Keningku berkerut. Secepat itukah? Maksudku kalau aku benar-benar terbangun dalam mimpi, waktu tidak berjalan secepat itu. Untuk kesekian kalinya aku sadar kalau ini mimpi. Beberapa saat aku seakan ditarik dalam mimpiku kembali, lalu aku memaksa keluar dan langsung terduduk.
“lepasin aku! Aku mau bangun!” aku mulai panik! Aku kahwatir terjebak dalam dunia mimpi terus menerus dan na’udzubillah, meninggal dalam keadaan aku belum siap bekal. Bagaimana dengan mereka yang kutinggalkan nantinya?
Aku mulai menyebut nama Allah, istighfar berkali-kali dan membaca apapun yang bisa kulafalkan. Pasti kalian juga pernah merasakan kalau berada di alam mimpi, terkadang membuat lari kita melambat dengan sendirinya, tiba-tiba suara kita hilang, tiba-tiba kita tidak bisa mengucapkan satu katapun atau lupa dengan ayat-ayat yang dihafalkan.
Aku mencoba merintih, memicu ‘tubuhku’ agar memanggil jiwaku kembali. Setelah aku yakin berada di bawah atap kamarku lagi, aku langsung terduduk. Di sana, hanya ada mbak Citra, diyyah tidak ada.
“mbak Citra, aku benar-benar bangunkan ini?”
“iya An, kamu bangun kok.”
Tapi rasaku masih tidak enak. Sungguh!
“cubit tanganku mbak,”
Firasatku benar! Aku masih belum benar-benar bangun. Tuhaaan, apa aku benar-benar akan kau panggil? Aku sudah kalap. Aku masih berusaha mengirim sinyal-sinyal, entah apa, agar aku benar-benar bangun! Apapun kubaca. Ayat-ayat yang kuingat. Khawatir ‘makhluk’ lain yang mengganggu. Karena dari dulu, aku termasuk anak yang dalam bahasa jawanya sering tindihen. Terkadang mereka memperlihatkan diri, kadang juga tidak. Pertama kali mereka memperlihatkan diri, aku langsung menangis dan tidak mau tidur.
“pelairane Anna Rabu Legi, makane akeh makhluk sing nyideki dan nyenengi”
Begitulah yang dikatakan kakek. Ya apuuun, ya kalau ‘makhluk’ di sini itu adalah manusia, ya aku bersyukur banget! Masalahnya ini makhluk-makhluk ‘itu’!! Terakhir kali, aku mendengar ‘mbak kunti’ tertawa di telingaku seraya pergi ketika aku dalam keadaan sadar. Benar-benar sadar! Dan aku kesal sekali! Jahil banget sih! Iya kalau tertawanya anggun gitu.
Kembali pada aku yang masih ‘terjebak’ dalam dunia mimpi.
Kali ini, aku benar-benar pasrah. Sadar ‘dalam’ mimpi dan sadar ‘dari’ mimpi, rasanya beda sekali. Untuk kali ini, aku serasa merasakan alam manusia lagi. Seperti habis terkurung dalam penjara bawah tanah, lalu keluar ke alam bebas. Antara lega, terharu dan tak bisa terbahaskan lagi. Aku bersyukur karena ternyata aku masih hidup.
“Anna, kamu kenapa? Tadi kamu kayak merintih-merintih gitu. Mimpi buruk?” mbak Citra (nyata) bertanya. Aku terduduk.
“mbak, pean mbak Citra beneran kan?” aku balik bertanya.
Mbak citra tampak bingung melihatku.
“cubit tanganku mbak,”
Mbak Citra menurut, dan aku langsung merintih.
“alhamdulillaaaaaah,” syukurku.
“kenapa An?”
“mbak, aku habis TERJEBAK DALAM MIMPI!”
Lalu ceritapun mengalir.

***
Mungkin kalian juga pernah mengalami hal seperti ini. Mimpi dalam mimpi, yang terkadang terdiri dari dua mimpi atau lebih. Namanya ‘LUCID DREAMING’, kalau kalian ingin mengetahuinya. Lain halnya dengan tindihen, yang masih bisa dijelaskan dengan ilmiah. Lucid Dreaming ini memang memilki penjelasan ilmiah, namun para ilmuan juga masih tidak terlalu yakin. Absurd banget emang, tapi benar-benar ada. Biasanya, aku mengalami Lucid Dreaming ini dalam dua mimpi saja, tapi entah kenapa kali ini berkali-kali hingga membuatku kalang kabut. Namun, Alhamdulillah, aku masih diizinkan Tuhan buat ‘bangun’ dan melihat dunia nyata kembali. Kalau tidak, mungkin tulisan ini tidak akan ada. Hehehe
Entah kalian mau percaya atau tidak, itu hak kalian. Yang jelas, aku tidak bisa bercerita tanpa aku pernah mengalaminya sendiri. Dan memang, berusaha untuk memahami yang ‘Absurd’ itu sulit sekali. Cinta misalnya. Eh, jangan salah. Cinta itu juga hal yang Absurdd lhooo....
Hahaha

SNJ, 170518

0 komentar: