Terjebak Dalam Mimpi
Hari
itu aku tertidur dan bermimpi. Dalam mimpiku, aku seakan melewati sawah yang di
sampingnya berdiri bangunan besar bersama teman-temanku. Saat itu aku
benar-benar merasa bahagia.
“Ayo
lari mbak Anna!” teriak salah satu temanku. Tapi sepertinya ada yang aneh.
Teman-temanku adalah teman kuliah, namun kita bermain di tempat ketika aku
kecil dulu yang sudah pasti tidak seharusnya mereka mengetahuinya. Saat itu aku
sadar, kalau aku tengah ‘BERMIMPI’.
Yah,
aku memang sering sekali sadar dalam mimpi. Bahkan tak jarang aku seakan
menggerakkan mimpiku seperti kemauanku sendiri. Aneh memang, namun ketika aku
bertanya pada ‘google’, ada penjelasan ilmiah tentang itu. LUCID DREAMING, mereka
menyebutnya.
Tanggung
sudah sadar kalau bermimpi, akhirnya aku mengikuti saja kemana mimpi ini
membawaku. Lalu aku ingat, kalau ada temanku diyyah yang tadi berkata mau ke
kamarku hendak meminjam laptop yang berarti aku harus bangun dan mengakhiri
mimpiku. Akhirnya, aku berusaha bangun dan memotong mimpiku.
Mbak,
ntar ke kampus jam berapa?
Sebuah
pesan muncul di layar hapeku. Hari ini aku tidak ada jam kuliah, karena kabar
kemarin mengatakan kalau kuliahku diganti besok. Syukurlah, karena aku juga
belum belajar untuk presentasi. Tapi bagaimanapun juga, aku nanti juga harus ke
kampus, konsul.
Lalu
aku membalik badanku, dan tertidur lagi. Tapi ada yang aneh. Rasanya aku tidak
benar-benar tidur, atau mungkin aku tadi tidak benar-benar bangun. Lalu aku
sadar kalau ternyata aku masih dalam ‘MIMPI’.
Aku
menghela napas. Ku perintahkan pada neuron saraf-sarafku agar mengirimkan
sinyal yang membuatku sadar. Ketika terbangun, aku berada di atas kasurku.
Kulirik mbak Citra yang masih mengerjakan tugas dengan laptopku.
“mbak,
jam berapa?” kutanya.
“setengah
9 An, tidur lagi aja.”
Dan
entah kenapa tiba-tiba aku jatuh tertidur lagi. Padahal niatku ingin terbangun.
Lagi-lagi ada yang aneh. Perasaan yang sama ketika aku tidak benar-benar
terbangun. Yah, aku terbangun dalam mimpi.
Aku
mulai kesal. “aku mau bangun!” teriakku pada diri sendiri. Kupaksa tubuhku
untuk tergerak, lalu mataku terbuka. Ada Diyyah di sana. Rupanya dia sudah
datang, yang berarti aku sudah ‘terbangun’.
“mbak,
ini aku pinjem laptopnya ya.” ucap diyyah. Aku mengangguk.
“trus
tadi ada yang WA pean, tanya namanya pak Anton. Jadi tak bales.”
Tanya
namanya pak Anton? Aku mulai merasakan keganjalan. Aku melihat mbak Citra yang
asyik dengan hapenya namun tidak melihat ke arahku.
“jam
berapa ini?” kutanya.
“setengah
sepuluh mbak.”
Keningku
berkerut. Secepat itukah? Maksudku kalau aku benar-benar terbangun dalam mimpi,
waktu tidak berjalan secepat itu. Untuk kesekian kalinya aku sadar kalau ini
mimpi. Beberapa saat aku seakan ditarik dalam mimpiku kembali, lalu aku memaksa
keluar dan langsung terduduk.
“lepasin
aku! Aku mau bangun!” aku mulai panik! Aku kahwatir terjebak dalam dunia mimpi
terus menerus dan na’udzubillah, meninggal dalam keadaan aku belum siap bekal.
Bagaimana dengan mereka yang kutinggalkan nantinya?
Aku
mulai menyebut nama Allah, istighfar berkali-kali dan membaca apapun yang bisa
kulafalkan. Pasti kalian juga pernah merasakan kalau berada di alam mimpi,
terkadang membuat lari kita melambat dengan sendirinya, tiba-tiba suara kita
hilang, tiba-tiba kita tidak bisa mengucapkan satu katapun atau lupa dengan
ayat-ayat yang dihafalkan.
Aku
mencoba merintih, memicu ‘tubuhku’ agar memanggil jiwaku kembali. Setelah aku
yakin berada di bawah atap kamarku lagi, aku langsung terduduk. Di sana, hanya
ada mbak Citra, diyyah tidak ada.
“mbak
Citra, aku benar-benar bangunkan ini?”
“iya
An, kamu bangun kok.”
Tapi
rasaku masih tidak enak. Sungguh!
“cubit
tanganku mbak,”
Firasatku
benar! Aku masih belum benar-benar bangun. Tuhaaan, apa aku benar-benar akan
kau panggil? Aku sudah kalap. Aku masih berusaha mengirim sinyal-sinyal, entah
apa, agar aku benar-benar bangun! Apapun kubaca. Ayat-ayat yang kuingat.
Khawatir ‘makhluk’ lain yang mengganggu. Karena dari dulu, aku termasuk anak
yang dalam bahasa jawanya sering tindihen. Terkadang mereka
memperlihatkan diri, kadang juga tidak. Pertama kali mereka memperlihatkan
diri, aku langsung menangis dan tidak mau tidur.
“pelairane
Anna Rabu Legi, makane akeh makhluk sing nyideki dan nyenengi”
Begitulah
yang dikatakan kakek. Ya apuuun, ya kalau ‘makhluk’ di sini itu adalah manusia,
ya aku bersyukur banget! Masalahnya ini makhluk-makhluk ‘itu’!! Terakhir kali,
aku mendengar ‘mbak kunti’ tertawa di telingaku seraya pergi ketika aku dalam
keadaan sadar. Benar-benar sadar! Dan aku kesal sekali! Jahil banget sih! Iya
kalau tertawanya anggun gitu.
Kembali
pada aku yang masih ‘terjebak’
dalam dunia mimpi.
Kali
ini, aku benar-benar pasrah. Sadar ‘dalam’ mimpi dan sadar ‘dari’ mimpi,
rasanya beda sekali. Untuk kali ini, aku serasa merasakan alam manusia lagi.
Seperti habis terkurung dalam penjara bawah tanah, lalu keluar ke alam bebas.
Antara lega, terharu dan tak bisa terbahaskan lagi. Aku bersyukur karena
ternyata aku masih hidup.
“Anna,
kamu kenapa? Tadi kamu kayak merintih-merintih gitu. Mimpi buruk?” mbak Citra
(nyata) bertanya. Aku terduduk.
“mbak,
pean mbak Citra beneran kan?” aku balik bertanya.
Mbak
citra tampak bingung melihatku.
“cubit
tanganku mbak,”
Mbak
Citra menurut, dan aku langsung merintih.
“alhamdulillaaaaaah,”
syukurku.
“kenapa
An?”
“mbak,
aku habis TERJEBAK DALAM MIMPI!”
Lalu
ceritapun mengalir.
***
Mungkin
kalian juga pernah mengalami hal seperti ini. Mimpi dalam mimpi, yang terkadang
terdiri dari dua mimpi atau lebih. Namanya ‘LUCID DREAMING’, kalau kalian ingin
mengetahuinya. Lain halnya dengan tindihen, yang masih bisa dijelaskan
dengan ilmiah. Lucid Dreaming ini memang memilki penjelasan ilmiah, namun
para ilmuan juga masih tidak terlalu yakin. Absurd banget emang, tapi
benar-benar ada. Biasanya, aku mengalami Lucid Dreaming ini dalam dua
mimpi saja, tapi entah kenapa kali ini berkali-kali hingga membuatku kalang
kabut. Namun, Alhamdulillah, aku masih diizinkan Tuhan buat ‘bangun’ dan
melihat dunia nyata kembali. Kalau tidak, mungkin tulisan ini tidak akan ada.
Hehehe
Entah
kalian mau percaya atau tidak, itu hak kalian. Yang jelas, aku tidak bisa bercerita
tanpa aku pernah mengalaminya sendiri. Dan memang, berusaha untuk memahami yang
‘Absurd’ itu sulit sekali. Cinta misalnya. Eh, jangan salah. Cinta itu juga hal
yang Absurdd lhooo....
Hahaha
SNJ, 170518
0 komentar: