Ayah (hanya) Cemburu Padamu!
Dulu, aku pernah berpikir kenapa seorang laki-laki selalu takut pada ayah si perempuan? Toh, jikapun mereka bakal bersama, bukankah ayah si cewek bakalan jadi ayah si cowok juga? Menurutku itu adalah sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. Tapi itu dulu, saat aku masih memakai seragam. Sekarang, baru kumengerti bagaimana rasanya berada di antara sosok ayah dan seseorang yang mungkin akan menjadi ayah anak-anakku kelak. Lha, PD banget! Hahaha
Memang benar, cowok adalah ‘spesies’ yang paling sulit untuk menunjukkan apa yang sebenarnya mereka rasakan. Sejak kecil, aku selalu mengenal ayah sebagai ‘menteri keuangan’. Terkadang ayah serasa seperti ‘mesin ATM’ tempatku meminta uang atau kabur ketika dimarahi ibu. Jika seorang ibu bisa dengan gamblang menerangkan kasih sayang pada kita, ayah adalah kebalikannya. Sayang ayah mulai kumengerti ketika aku mulai memakai seragam hijau-hijau (MA) dan semakin kumengerti ketika aku menginjak bangku kuliah.
Dulu, aku ngerasa ayah tak pernah mau tau dengan sekolahku, yang penting uang sakuku tidak kehabisan. Tapi tidak tau juga kalau diam-diam ayah menanyakannya pada ibu. Akhir-akhir ini, ayah jadi ikut nimbrung ketika aku bercerita dengan ibu bahkan juga adik-adik.
“ayah sakiki luluh, kenek omelane ibuk. Ambek fatihah.”
Aku tertawa.
Selayaknya kawula muda pada umumnya, sudah pasti ada kisah ‘merah jambu’ bukan? Tak perlulah kuceritakan, nanti ke-PD-an’nya’ tambah gedhe kalau kuceritain. Hhh. Intinya, masalah ‘itu’ bukan rahasia lagi dari ayah dan ibu. Maklumlah, semester tua, kepala dua, serangan pertanyaan kotor seperti ‘kapan wisuda?’ dan ‘kapan nikah?’ rasanya gak ada habisnya. Jadi, perlu diskusi internal. Eak, bahasanya! Hahaha
Jadi singkatnya, ayah adalah yang paling ‘alot’ kalau aku bercerita tentangnya. Padahal ibu udah kayak ‘klop’ gitulah. Ikatan batin anak dan ibu. Hehehe. Sering kali kalau aku cerita, pasti ibu yang dukung pernyataanku. Bahkan pernah ketika aku bercerita kalau ia memarahiku, malah dia yang dibela. Ini apa-apaan coba anaknya gak dibela? Huh!
Kembali pada ayah.
Usut punya usut, ternyata ketahuan apa yang membuat ayah seperti itu. Ibu bilang, Ayah cemburu! Yah, aku memang selalu menjadikan ayah sebagai perbandingan, dan perbandinganku selalu didukung ibu. Tak jarang juga, akhirnya ayah yang dibully sama istri dan anaknya. Hahaha. Jadi ayah cemburu gitu sama dia! Masyaallaaah, apaan ya ini?!?!? Bahkan kata-kata, Cinta pertama seorang anak perempuan itu adalah ayahnya, aja gak mempan! Hahaha.
Dari sini aku tau, kalau ayah hanya berat melepasku. Anak perempuan pertamanya. Bahkan ayah berharap kalau nantinya ingin aku tinggal di rumah aja, atau buat rumah di belakang rumah. Biar deket, gak jauh-jauh. Padahal aku sudah ancang-ancang untuk ‘ditendang’ karena biasanya anak pertama perempuan pasti dibawa kabur suaminya. Tapi ya gak tau juga, apa kata ‘imamku’ kelak. Aku mah nurut aja, dan didiskusikan bareng dulu tentunya.
Ayah hanya terlalu sayang, hingga masih sulit menerima kalau nantinya aku bakal bersama orang lain. Padahal, dengan siapapun aku nantinya, ayah bakal tetap menjadi cinta pertama. Awalnya aku su’udzon, kenapa sih ayah sensi banget? Banyak pertanyaan yang muncul, dan ketika aku tau alasannya, aku bisa mengerti. Yah, sayang seorang ayah atau mungkin semua laki-laki memang tidak bisa dilihat secara langsung. Adakal ketika kita sampe frustasi mikirin, maksudnya apa sih? Maunya apa? Tapi semua pertanyaan-pertanyaan itu tidak bisa kita dapatkan hanya dengan satu kali bicara, karena laki-laki adalah ‘spesies’ yang paling sulit kalau disuruh njelasin dibanding perempuan. Iya gak? Maklumlah, secara bahasa perempuan memang paling cerdas. Bilang aja kalo lebih cerewet! Hahaha
Jika seorang ayah takut kehilangan cinta seorang anak perempuannya, mungkin itu juga berlaku untuk seorang ibu yang khawatir kehilangan cinta anak laki-lakinya. Jadi pada intinya, seorang laki-laki harus bisa mengambil hati ayah perempuannya, sedangkan perempuan juga harus bisa mengambi hati ibu laki-lakinya. Bentar deh, ini jadi bahas apa ya? Hahaha. Tenang aja deh, tulisan ini tak privasi buat orang tertentu.
So, jalani apa yang harus dijalani. Usahakan apa yang harus diusahakan. Dan jika kamu baca ini, dapat salam dari ibu, katanya suruh ke rumah. Kalau mau ketemuan di pondok, harus di depan romo kyai. Hahaha
SNJ, 060518
0 komentar: