UIN MALANG BUTUH UANG?
Sebenarnya, bukan tipeku mengomentari tentang suatu kinerja
lembaga atau pemerintah lewat tulisan seperti ini. Tapi kali ini, jika aku
tidak ikut ‘action’ dan hanya menjadi ‘pengamat’ di belakang
layar seperti biasanya, sepertinya aku tak ubahnya seperti patung di pinggir
jalan. Tak ada gunanya. Karena itu aku menulis ini untuk meneriakkan suaraku,
juga suara teman-temanku yang lain.
Ini tentang pembayaran UKT/SPP yang (sangat) dimajukan.
Semenjak aku di UIN, pembayaran UKT selalu terletak di hari
akhir ujian semester hingga liburan hampir usai. Tapi gak tau kenapa, tiba-tiba
aja pembayaran UKT semester ini dimajukan. Mulai tanggal 19 Nov – 21 Des. Tentu
saja aku shock! Anak-anak semester bawah (kimia) saja masih belum
selesai praktikum, pembayaran UKT udah dimulai saja dan ditutup pas ujian
semester juga belum selesai. Sedangkan (kami) mahasiswa veteran yang berbesar
harap dapat mengejar sidang skripsi semester ini, malah harus kalang kabut
memikirkan cara agar tidak ikut bayar
UKT semester depan. Bayangkan saja, kami sudah habis banyak buat penelitian dan
tanggungan laboratorium, malah di-pepet sama pembayaran UKT hanya untuk daftar
yudisium. It’s mean, seakan kami memberikan uang pada UIN dengan percuma.
Padahal kami sudah tidak ikut perkuliahan, pun tidak ikut memakai bahan-bahan
kimia dan fasilitas lab yang lain. Tapi kamu harus bayar UKT penuh. It’s not
fair, right?
Beberapa temanku, sudah berusaha untuk meminta keringanan ke
rektorat, tapi semua hasilnya nihil. Mereka ditolak.
Sebut saja jika soal sidang memang urusan kami. Tapi yang
dipermasalahkan adalah waktu pembayaran UKT yang tidak wajar. Apa UIN BUTUH
UANG? Sehingga meng-eksploitasi mahasiswanya lewat pembayaran yang dimajukan. Jika
bagi mereka yang termasuk keluarga kalangan atas, mau kapanpun pembayaran UKT
juga tak masalah. Tapi bagi kami? Mendapatkan uang untuk pembayaran UKT tak
seperti memetik daun mangga di depan rumah. Kami hanya mahasiswa yang masih
bergantung pada pundak orang tua. Memikirkan bagaimana mereka memeras keringat
untuk biaya makan saja, kami sudah tak tega. Bagaimana mungkin kami mendesak
pembayaran UKT setelah habis-habisan dengan biaya penelitian?
Jika saja UIN dapat menjawab, ingin sekali aku bertanya, “Kamu
kenapa?”
Salam.
Siti Nur Jannah
(Kimia 2014)
0 komentar: