Nov15
Untukmu yang Pengen Lulus
Ah, udah lama rasanya
gak cuit-cuit di sini. Yah, kemarin-kemarin hanya bersembunyi dibalik
prosa-prosa sih. Selain itu, ada rantai yang seakan menarik tanganku tiap kali
ingin bercengkrama lebih banyak di sini. (Apaan ya alay gini bahasanya.
Hahaha).
Baiklah. Alasan aku
nulis ini, adalah untuk kalian yang ingin segera lulus atau dalam tahap akhir
menuju kelulusan. Bisa dibilang ini adalah curhatan yang mengkambing hitamkan tulisan.
Atau bagaimanapun kalian menganggapnya, terserah. Yang jelas, ini untuk kalian
yang berada dalam fasa perjuangan sepertiku. Kita sehati kawan. (Emotion peluk
sambil nangis).
Kalian pasti pernah
mengalami, pas jalan dikit, ditanya “kapan lulus?”
Belok kanan dikit,
ditanya “kapan sidang?”
Kiri dikit, ditanya “kapan
wisuda?”
Iya nggak?
Yaaah, itu memang hak netizen untuk bertanya, dan nasib kita
untuk mendapat pertanyaan. Okelah. Sah-sah saja mereka bertanya, tapi tidak
semua orang berhak untuk menghakimi hidup orang lain. Right?
Society kita adalah society yang mengedepankan hasil. Orang
tidak peduli seberapa keras kamu berusaha. Selagi apa yang kau hasilkan
menjanjikan, mereka akan menganggapmu sebagai orang yang lebih. Meskipun keringat
yang kau keluarkan lebih banyak, meski usaha yang kau kerahkan lebih besar,
jika hasilnya tidak memuaskan bagi masyarakat, semua itu gak ada artinya. Seperti
halnya kuliah nih. Mereka gak pernah tuh nanya apa yang kuteliti di lab. Seberapa
pentingkah penelitian itu dilakukan? Kira-kira dampak apa yang bakal
berpengaruh dalam masyarakat? Seberapa sulitkah? (Kecuali penguji utama,
pembimbing dan konsultan. Mereka adalah orang-orang yang paling banyak bertanya).
Yang mereka pedulikan hanya satu. Foto memakai toga, ditemani
ayah bunda. Sama pasangan kalau yang ada. Hhh, kalau foto pake toga aja mah
semua bisa. Padahal yang paling penting bukan foto pake toganya, tapi
perjuangan yang dilakukan sebelum memakai toga.
Akhir-akhir ini, teman-temanku di sini mulai kalang kabut
soal wisuda karena batas pembayaran UKT udah semakin dekat. Siapa coba yang gak
pengen segera lulus? Siapa yang gak pengen segera sidang dan wisuda? Siapa yang
pengen bayar UKT cuma buat daftar wisuda?
Akhirnya, status-status galau mulai memenuhi story-ku. Aku
juga galau, tapi gak buat di story. Di twitter. (Sama aja ya? Hahaha).
Begitulah. Jadinya aku mulai adu mulut dengan pikiran dan
hatiku, hingga akhirnya muncullah tulisan-tulisan ini. Boleh saja kita
berencana, tapi bukankah tidak semua hal bisa dipaksakan? Tidak semua hal bisa
dirancang lalu tak meleset perkiraan. Kita bukan pemilik waktu, juga bukan
pemilik kehidupan. Dan lagi, “lulus” sebenarnya hanyalah duniawi kawan. Udahlah,
gak papa meskipun gak lulus semester ini. Gak papa meski harus bayar UKT lagi cuma
buat daftar wisuda. Gak usah terlalu mengejar tanggal, yang notabennya kita
mengejar dunia. Bersyukurlah. Bersyukur karena Allah masih masih ngasih kita
mata buat begadang di depan laptop ngerjain skripsi. Masih ngasih kita mulut,
meskipun terkadang digunakan untuk mengeluh, gak hanya presentasi. Masih ngasih
kita kaki buat kejar-kejaan sama dosen sedari pagi sampe sore hari. Masih
ngasih kita akal untuk berpikir tentang kemaslahatan (mungkin) setelah kita
lulus nanti. Masih ngasih kita hati, yang seringkali tersakiti saat konsultasi
(ini curhat). Dan yang paling penting, masih ngasih kita napas yang seharusnya
kita gunakan untuk memperbaiki diri.
Pernah bayangin gak jika tiba-tiba Allah ngehentiin langkah
kita dan kita gak bisa menelusuri bumi lagi? Banyak hal yang kita hasratkan,
tapi Allah bilang, “STOP!” dan semuanya akan berhenti. Tidak seperti di jalan
raya. Jika lampu berwarna kuning, berarti pertanda untuk siap-siap berjalan
lagi. Namun jika Allah yang memberikan kita lampu merah, dunia yang bakal kita
jelajahi bakal berbeda lagi.
Subahanallah wal Hamdulillah wa Lailahaillallah
Allahuakbar
Jadi temen-temen, yuk kita tata niat kembali. Yuk kita
perbaiki hasrat kembali. Tidak apa-apa meskipun (dianggap) terlambat
dibandingkan orang lain. Tidak apa-apa meskipun tidak seperti orang lain. Orang
lain hanya penilai di dunia, tapi Sang Penilai sebenarnya adalah Allah. Buat apa
jika banyak tambahan huruf dibelakang nama tapi nilainya kosong di hadapan
Allah?
Yuk sama-sama berjuang.
Tahap juang itu, berjuang sendiri – diperjuangin – berjuang bareng
deh. Hahaha
Salam sayang,
Siti Nur Jannah
0 komentar: