Senin, 12 November 2018

Malang, 12 November 2018


Sore tadi, aku buru-buru pulang dari kampus. Langit mendung, dan aku tak mau merelakan tubuhku terguyur hujan atau lebih parahnya laptop dalam tas dipunggungku kenapa-napa. Saat ini, laptopku adalah prioritas. Banyak hal yang tersimpan di dalamnya. Selain tulisan-tulisanku, naskah skripsi adalah penentu hidup dan matiku di bangku kuliah yang sudah mulai menyesakkan ini.
Motor kupacu, dan kuterjang kendaraan di depanku selincah yang aku bisa. Kepalaku sebenarnya penat. Sedari pagi aku menunggu dosen, yang ujung-ujungnya malah tak bisa ditemui. Apalagi kejadian menyebalkan ketika satu pesatu –yang mengaku- temanku menyerobot antrian ketika kutinggal sholat. Yah, kadang statu teman memang tidak ada artinya jika berhubungan dengan hal-hal seperti ini. Daripada adu mulut, aku memilih untuk diam saja. Dan ketika hampir giliranku maju, ternyata dosenku hendak pergi. Apalah daya? Besok aku harus ujian bahasa arab, sedangkan aku harus daftar akhir pekan ini jika ingin lulus di semester ini.
Pusing? Tentu saja. Tapi sembari berjalan, aku mulai menoba menenangkan diriku sendiri. Jika aku terus-terusan kepikiran seperti ini, bukannya memberi solusi malah membuatku semakin tersiksa. Benar bukan? Akhirnya aku mulai menat hatiku kembali lalu menyerahkan semuanya pada Allah. Waktuku memang mepet, tapi Sang Pemilik Waktu adalah Allah.
Maksud hati ingin beli makan dulu sebelum balik asrama, tapi kekhawatiran akan laptopku lebih besar. Akhirnya aku kembali dulu ke asrama, menaruh tas, lalu keluar dengan jalan. Saat itulah pikiranku mulai bercengkerama kembali. Tentang mendung.
Ah, aku lupa hendak menuliskan apa. Padahal aku sudah mewanti-wanti akan menulisnya. Tapi beginilah jika ide diterminalkan dulu, akhirnya ada yang nyangkut. Seingatku, tentang mendung yang belum tentu hujan lalu aku menghubungkan dengan perasaan. Ah, aku ingat. Tentang mendung yang kumaksud dalam perasaan ini adalah pacaran. Meskipun langit mendung, belum tentu hujan. Meskipun pacaran, belum tentu ke pelaminan. Intinya beegitulah. Padahal aku tadi merangkai dengan kata yang lebih baik, malah jadinya frontal seperti ini. Ya sudahlah cerita hari ini.

0 komentar: