Sabtu, 15 Oktober 2016

15 Oktober 2016 (17.25 WIB)

"Pulang sekarang aja" sahut ayah dari balik telephon.
Waah, bagaimana mungkin ayah menyuruhku pulang saat apa yang ingin kuurusi di sini belum selesai? DisiniBahkan di sini itu bukan tempat yang asing. Aku sudah pernah berada di sini selama 6 tahun. Yah, di sini yang kumaksud adalah tempat kedua aku tumbuh menjadi seperti ini. Pondok.

"Kalau pulang itu ya ngehabisin waktunya di rumah, sama keluarga. Bukan di pondok."

Aku menghela nafas panjang. Yah, aku memang pulang jika ada banyak alasan yang mengharuskanku pulang. Perjalanan dari Malang ke Pasuruan bukanlah perjalanan yang singkat, dan meninggalkan Malang bagiku seperti meninggalkan tanggung jawab yang belum kuselesaikan. Karna itu, aku tak bisa pulang kapanpun aku ingin.

"Gak bisa ayaaah... Anna masih belum ketemu teman-teman Anna. Dan apa yang ingin anna sampaikan pada mereka belum tersampaikan... " jelasku.

"Titipin aja. Beres kan? Udah. Pulang sekarang aja." paksa ayah.

Ayah kenapa sih? Batinku.
"Gak bisa ayah... Anna ke sini biar ketemu teman-teman. Ngapain anna ke sini kalau gak ketemu mereka?"
Cetusku dengan nada yang sedikit lebih tinggi. Apa salahnya aku di pondok? Toh, aku gak ke pantai, ke gunung atau ke tempat manapun yang kata ayah bisa membahayakanku. Aku bahkan tidak mengendarai motor sendiri. Dan lagi aku juga bakalan pulang ke rumah. Tapi tidak sekarang. Tidak sebelum urusan-urusanku di sini selesai. Ayolaaah, sampai kapan aku terus di-dikte?

"Ya udah. Ntar Anna dijemput sore aja ya sama ayah..." suara lembut ibu menenangkanku. Meskipun sebenarnya aku tak bisa menyembunyikan bibir manyunku.

###

Menyimpulkan sesuatu dengan kepala yang masih mendidih adalah kesalahan yang fatal. Itulah yang aku lakukan tadi.

Saat kepalaku dingin, aku baru mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan ayah.
"Pulang sekarang aja!" ayah kangen...
"Pulang itu ngehabisin waktunya sama keluarga, bukan di pondok" ayah ingin menghabiskan waktu dengan Anna...
"Udah. Titipin aja. Bereskan?" Agar ada lebih banyak waktu berbicara sebelum Anna kembali.

Yah. Sepertinya ayahku memiliki hukum, KASIH SAYANG=PROTEKTIF. Yang artinya semakin protektif, maka semakin besar pula kasih sayangnya. Dan mengingat bagaimana cara ayah mengikatku, memegang tanganku, mengawasi gerikku hingga aku merasa ada tali yang dipasang dileherku, ternyata aku sering mengabaikan alasan di balik semua itu.

Trimakasih untuk semuanya ayah.
Maaf, jika aku terlalu bodoh untuk memahami setiap kasih yang tak pernah bisa kau katakan secara langsung.

Aku jadi berpikir, apakah semua lelaki memang sulit untuk mengatakan apa yang sebenarnya mereka rasakan?

0 komentar: