Nov22
Teruntuk Kamu, yang Langsung Berubah kalau Udah Laper
Teruntuk yang langsung berubah 180
derajat kalau udah lapar… hehehe
Ini tentang sebuah ikatan tanpa
darah. Ini tentang cerita perjalanan yang pernah dan akan terlangkahi bersama.
Ini tentang perjuangan menggapai impian yang sama…
Aku tak tau kalau ternyata
persahabatan itu benar-benar ada. Dan saat ini, kurasa memberikan dia stempel
sahabat yang baik adalah sebuah keharusan.
Tunggu deh. Kok jadi puitis gini
sih? Ganti pake bahasa biasanya aja ya… ntar yang pengen disampekan malah gak
tersampekan. Iya gak?
Nah. Ini tentang seorang teman yang
awalnya hanya dipertemukan dalam satu mabna di kampus. Jangankan menyapa,
namanya saja aku gak tau. Paling-paling kalau gak sengaja ketemu, cuma ngelirik
aja… hahaha. Bukannya sombong atau yang lainnya, tapi saat itu aku baru pertama
kali menginjak bumi UIN. Dan gak mungkin kan aku bisa menghafal satu persatu
3000 an mahasantri? Jangankan mahasantri, orang temen kimia seangkatan aja aku
gak hafal namanya… hahaha Maklumi aja, aku paling lemah kalau disuruh nginget nama…
kecuali namanya. (lhoh!)
Mungkin Tuhan sudah menggariskan
kita untuk bertemu lagi setelah keluar dari ma’had UIN. (ceileh, bahasanya…)
Jadi aku melihatnya lagi di MHB Darul Hikmah dan entah secara kebetulan atau
apa, pengasuh ma’hadku menjadikan kita partner ‘muroja’ah’ tiap pagi dan malam.
Dan mungkin karena itulah kita lebih banyak berbagi.
Hidup di kota yang penuh dengan
gemerlap menyilaukan, memaksa kita untuk membentengi diri agar tidak sampai ‘diciptakan
oleh lingkungan’. Dan mendapatkan seorang teman yang memiliki prinsip yang sama
seperti itu seakan mencari zabra di kandang kuda! (lhah, kok gak nyambung?).
Dan anggap saja nemuin ‘zebra’ itu adalah suatu keberuntungan. (Ssst. Jangan bilang-bilang…
nanti dia ke-PD-an. Hahaha)
“wes, ancen konco adem panas”
Itu yang pernah dia katakan dan
langsung kusetujui. Yaps, hidup memang harus kayak jungkat-jungkit. Bisa jadi
kita berada di atas atau di bawah, tapi sengaknya kita masih punya titik tumpu
yang tidak menutup kemungkinan akan menjadikan kita berada pada keseimbangan. Seandainya
aku dan dia ada di permainan jungkat-jungkit nih, saat salah satu dari kita
berada terlalu ke bawah, maka yang lain akan menambahkan ‘beban’nya agar bisa
mengangkat yang lain. Dan begitupun yang berada di bawah, akan meringankan
tubuhnya agar bisa naik ke atas hingga kita selalu berada pada posisi yang
selalu sejajar.
Bukan menggunakan prinsip memberi
dan menerima, tapi prinsip berbagi.
Berbagi tawa, berbagi air mata,
berbagi cerita, berbagi rezeki, berbagi keringat, tapi tidak berbagi hati lhoh
ya… hahaha
“Teman serasa sodara”
Yah, kadang aku jadi kakak dia jadi
adik.. tapi lebih sering aku yang jadi adik, dia yang jadi kakak. Hehehe
Teruntuk sahabatku, saudaraku yang
langsung berubah kalau udah laper…(jangan penasaran gimana perubahannya. Sumpah
horror banget!). Trimaksih buat semuanya
ya.
Trimakasih udah mau berbagi
denganku, trimaksih udah mau menjadi teman berjuang (semoga bisa ‘wisuda’
bareng ya… apa sekalian nikahnya juga? Ups!) trimakasih mau nemenin begadang
pas aku ‘kencan’ sama laporan meskipun sambil merem, trimakasih udah selalu
sabar pas yang disemakin merem-merem, trimaksih udah membuatku menemukan ketulusan,
terimakasih udah menjadi pendengar yang baik meskipun gak jarang aku ngomong
ngelantur, trimakasih mau menahan malu kalau aku udah mulai gila, trimakasih
udah memamiku meskipun terkadang yang ingin dipahami ‘aneh’, dan trimakasih
udah bisa menjad teman sekaligus saudara tanpa ikatan darah…
Teruntuk saudaraku yang langsung
berubah kalau udah laper, “kene ancen konco adem panas”. Hahaha
0 komentar: