Sabtu, 09 Desember 2017

Hujan dan Lampu

Hasil gambar untuk hujan malam
Tiba-tiba terbangun tengah malem, trus denger hujan deres gitu mungkin kita mikirnya sama.
“ah, hujan ya.”
Trus tarik selimut lagi dan memejamkan mata. Tapi beda ceritanya kalau hujan deres dibarengin sama mati lampu! Jantung langsung dag dig dug gak karuan. Mau mejamin mata niat tidur, eh malah matanya aja yang terpejam tapi tubuhnya sadar sepenuhnya. Mau bangunin mbak-mbak, kok ya tega banget nyari teman sengsara. Hahaha
Tapi Alhamdulillah, beruntung sekali. Setelah hampir satu jam setengah bolak-balik badan, utek-utek hp akhirnya lampu nyala. Rasanya ingin melonjak girang! Sepertinya Tuhan menjawab rintihanku. Thanks God. Gak ada yang paling TOP MARKOTOP selain Engkau deh. ^_^ Jangan-jangan, ini siasat agar aku menyapa Engkau lebih awal ya?
Ke-PD-an banget. Hehehe
Dosa aja 7kali lipat gunung Everest, mau berharap lebih dekat. :’D

Dari sini aku belajar beberapa hal.
Saat diberi ‘hujan deras’ ketika siang hari, kebanyakan kita menggerutu karena tidak bisa melakukan aktivitas yang direncanakan. Seringkali bukan ada kata-kata, ‘kejebak hujan’? Seakan hujan adalah hal buruk yang tidak kita inginkan. Dan ketika malam hari, kita bersyukur karena hujan dapat membuat menarik selimut lebih dalam dan tidur lebih nyenyak.
Pernah kah kalian berpikir arti hujan dari sudut pandang orang lain yang tidak seberuntung kalian?
Bagi mereka, bisa jadi hujan di siang hari adalah anugerah. Mereka bisa mandi secara gratis tanpa harus membayar tagihan air. Mereka bisa minum air bersih tanpa harus membeli air minum atau madahi air ke botol dari sungai yang sudah bekas apa saja.
            Untuk mati lampu, sebenarnya banyak hal yang diisyaratkan jika saja kita mau sedikit memikirkannya. Hanya saja, sebagian besar dari kita termasuk saya lebih memilih menggerutu dan menyalahkan kenapa lampu harus mati daripada termenung dalam kegelapan. Right?
Tapi jujur, saya memang takut gelap. Bahkan tidurpun, lampu wajib nyala. :D

Balik lagi.
Nah, dari kegelapan itu aku mendapatkan sesuatu. Ketika mata kita terpejam, bukankah kita mendengar lebih banyak? Mungkin jika kita mematikan lampu-lampu kemerlap dunia, hati kita akan mendengar lebih banyak. Tidak berlomba-lomba memasang tiang lampu paling tinggi agar kemilau mereka lebih terlihat dibandingkan yang lain. Sedangkan mereka yang bahkan lampu saja tidak punya dan nunut cahaya dari mereka yang memiliki lampu, semakin tenggelam dalam kegelapan karena sang pemilik lampu semakin meninggikan tiangnya.
Saat ini, siapa yang tidak ingin terlihat lebih terang? Siapa yang tidak ingin terlihat menonjol? Siapa yang tidak ingin menjadi pusat perhatian?
Hasil gambar untuk gambar tiang lampu jalan malam
Karena terlalu buta dengan bagaimana pandangan orang lain terhadap kita, kita jadi lupa kalau kita juga harus memperhatikan orang lain. Bukan, bukan mereka yang memiliki tiang lebih tinggi. Tapi mereka yang meringkuk kedinginan tanpa seberkas cahaya. Jadikan mereka yang memiliki tiang lebih tinggi dengan banyak lampu sebagai motivasi. Namun, buatmu….
Rendahkan tiangmu, dan menyalalah lebih terang. ^-^

Sekian.

Nur Jannah, S
081217

0 komentar: