Des09
Hujan dan Lampu

Tiba-tiba terbangun tengah malem, trus
denger hujan deres gitu mungkin kita mikirnya sama.
“ah, hujan ya.”
Trus tarik selimut lagi dan memejamkan mata.
Tapi beda ceritanya kalau hujan deres dibarengin sama mati lampu! Jantung langsung
dag dig dug gak karuan. Mau mejamin mata niat tidur, eh malah matanya aja yang
terpejam tapi tubuhnya sadar sepenuhnya. Mau bangunin mbak-mbak, kok ya tega
banget nyari teman sengsara. Hahaha
Tapi Alhamdulillah, beruntung sekali. Setelah
hampir satu jam setengah bolak-balik badan, utek-utek hp akhirnya lampu nyala. Rasanya
ingin melonjak girang! Sepertinya Tuhan menjawab rintihanku. Thanks God. Gak ada
yang paling TOP MARKOTOP selain Engkau deh. ^_^ Jangan-jangan, ini siasat agar
aku menyapa Engkau lebih awal ya?
Ke-PD-an banget. Hehehe
Dosa aja 7kali lipat gunung Everest, mau berharap lebih
dekat. :’D
Dari sini aku belajar beberapa hal.
Saat diberi ‘hujan deras’ ketika siang hari,
kebanyakan kita menggerutu karena tidak bisa melakukan aktivitas yang
direncanakan. Seringkali bukan ada kata-kata, ‘kejebak hujan’? Seakan hujan
adalah hal buruk yang tidak kita inginkan. Dan ketika malam hari, kita
bersyukur karena hujan dapat membuat menarik selimut lebih dalam dan tidur
lebih nyenyak.
Pernah kah kalian berpikir arti hujan dari
sudut pandang orang lain yang tidak seberuntung kalian?
Bagi mereka, bisa jadi hujan di siang hari
adalah anugerah. Mereka bisa mandi secara gratis tanpa harus membayar tagihan
air. Mereka bisa minum air bersih tanpa harus membeli air minum atau madahi air ke botol dari sungai yang
sudah bekas apa saja.
Untuk mati
lampu, sebenarnya banyak hal yang diisyaratkan jika saja kita mau sedikit
memikirkannya. Hanya saja, sebagian besar dari kita termasuk saya lebih memilih
menggerutu dan menyalahkan kenapa lampu harus mati daripada termenung dalam
kegelapan. Right?
Tapi jujur, saya memang takut gelap. Bahkan tidurpun,
lampu wajib nyala. :D
Balik lagi.
Nah, dari kegelapan itu aku mendapatkan
sesuatu. Ketika mata kita terpejam, bukankah kita mendengar lebih banyak? Mungkin
jika kita mematikan lampu-lampu
kemerlap dunia, hati kita akan mendengar lebih banyak. Tidak berlomba-lomba memasang
tiang lampu paling tinggi agar
kemilau mereka lebih terlihat dibandingkan yang lain. Sedangkan mereka yang
bahkan lampu saja tidak punya dan nunut cahaya dari mereka yang memiliki lampu, semakin tenggelam dalam kegelapan
karena sang pemilik lampu semakin
meninggikan tiangnya.
Saat ini, siapa yang tidak ingin terlihat
lebih terang? Siapa yang tidak ingin terlihat menonjol? Siapa yang tidak ingin
menjadi pusat perhatian?

Karena terlalu buta dengan bagaimana
pandangan orang lain terhadap kita, kita jadi lupa kalau kita juga harus
memperhatikan orang lain. Bukan, bukan mereka yang memiliki tiang lebih tinggi.
Tapi mereka yang meringkuk kedinginan tanpa seberkas cahaya. Jadikan mereka
yang memiliki tiang lebih tinggi dengan banyak lampu sebagai motivasi. Namun,
buatmu….
Rendahkan
tiangmu, dan menyalalah lebih terang. ^-^
Sekian.
Nur Jannah, S
0 komentar: