Teruntuk Adik-Adik Tingkatku
Teruntuk adik-adik tingkatku yang manis.
Alhamdulillah, hari ini kalian sopan sekali ya. Sampai saya
terkejut dan serasa pengen ngambilin kitab akhlak.
Kalian sangat peduli sekali sekali sama nilai, sampai
dibelain rombongan ke asisten buat
ngambil laporan. Saya kira tadi kalian mau ngajak aksi bela Palestina.
Saya terharu, kalian
sampe nunjukin jari telunjuk kalian yang ternyata masih bisa lurus dan
berbicara dengan nada tinggi. Semoga saja jari kalian tetap lurus ya. Sepertinya
kalian mesti ikut paduan suara deh. Jika suara tinggi kalian tidak
dimanfaatkan, kan sia-sia. Iya nggak?
Adik-adik tingkatku yang lugu.
Kita tau, kalian diam-diam membicarakan asisten di belakang. Iya
kan?
Mau kukasih tau rahasia?
Ngurus proposal, revisi, laporan PKL dan hal lain di luar
kampus aja udah melelahkan, buat apa kita nambah beban dengan ngurusi praktikum kalian?
Tapi sebagai kakak tingkat, kita juga mikir. Kasihan juga
kalian praktikum tanpa ada yang ngedampingi. Apa perlu tahun depan kita usulkan
praktikum tanpa asisten aja?
Jadi asisten itu gak mudah dek. Gak senganggur yang kalian
kira. Kami mesti preparasi bahan-bahan kalian dan melakukan semua percobaan
sebelum kalian praktikum. Jika ada yang tidak berhasil, kita harus mengulang
dan menganalisa kira-kira apa yang membuat percobaan tidak berhasil. Setelah itu
kita juga mesti nyari penyelesaiannya. Udah segitu aja? Enggak.
Waktu praktikum yang bisa kita gunakan untuk mengerjakan
hal-hal lainnya, kita ikhlaskan untuk kalian yang terkadang praktikum seperti
maen-maen. Jika ada kesalahan praktikum, siapa yang disalahin? Asisten. Jika praktikan
rame, siapa yang disalahin? Asisten.
Selesai praktikum, kalian bisa santai. Tapi tidak dengan
asisen. Kita mesti ngoreksi pre-tes dan laporan kalian yang ngerjainnya ngasal pokoknya ngumpulin.
Tulisan kalian yang bagus
seringkali membuat kita ber-istighfar. Apalagi bakat mengarang kalian yang sepertinya bisa aja nyandingi Habiburrahman. Sebenarnya
bisa saja kita memberikan nilai sekenanya agar laporan kalian segera dinilai. Tapi
bukankah terlalu kejam jika tidak melihatnya satu-persatu? Jadilah kita
berusaha menahan diri untuk tidak membanting laporan kalian yang isinya ngawur. Kita mengusahakan untuk memberikan apresisai nilai buat usaha kalian. Tapi
jika nilai kasih sayang kita memang
tidak sebanding dengan kengawuran kalian, mau gimana lagi?
Pas tau nilainya jelek, yang disalahin juga asisten. Bilangnya
ngerjainnya sampai berdarah-darahlah, udah nyari dimana-mana gak ketemulah. Kalau
emang gak ada, tulis aja gak ada. Gak usah ngarang trus ngambil daftar
pustakanya orang dek. Daripada ngambil nama pengarang buku yang di dalamnya tidak ada tulisan yang kalian jadikan rujukan, mending rujukannya nama kalian aja sendiri deh. Misal, (Jannah, 2017). Kan lebih keren. Iya nggak?
Yang disalahin siapa? Asisten lagi.
Subhanallah. Kalian memang semangat sekali memperhatikan kami
dek.
Teruntuk adek-adek tingkatku yang lucu.
Tahun depan, jangan daftar asisten ya dek. Meskipun dipaksa
jangan deh. Kami khawatir nanti adik-adik kalian juga memperlakukan kalian
seperti kami. Malah lebih parah.
Salam.
Asisten terjahat kalian.
Mbak annaaaa betul syekalii 😭😭
BalasHapusHahaha...
BalasHapusShare aise. Ben kroso. 😄