Selasa, 27 September 2016

Terimakasih, 'musuh hatiku' ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜˜

Hidup itu, mengalirlah seperti air.

Pernah gak denger quote gitu? Kata mereka, hidup itu harus kayak air. Gak peduli sebesar dan sebanyak apapun batu yang menghalanginya, ia tetap berjalan. Dia pasti menemukan jalan untuk bisa lolos dan sampe ke muara.

Hidup itu jangan kayak air. Gak punya pendirian.

Kata mereka, air itu gak punya pegangan. Di taruh di mangkok, dia ngikuti bentuknya mangkok. Di taruh di gelas, dia ngikuti bentuknya gelas.

Hidup itu seharusnya kayak bunglon.

Kata mereka, bunglon itu adalah hewan yang paling pintar beradaptasi. Dia bisa membaur dengan sekelilingnya dengan mengubah warnanya. Tak peduli bagaimanapun lingkungannya.

Hidup itu jangan kayak bunglon. Dia itu pengecut.

Kata mereka, bunglon itu pengecut. Dia bersembunyi di balik topeng warna untuk melindungi dirinya. Dia bahkan jarang menampakkan dirinya sendiri.

Nah, lhoh. Yang bener yang mana ini?๐Ÿ˜
Temen temen, kakak kakak, adik adik, bapak bapak, ibuk ibuk, kakek kakek, nenek nenek, buyut buyut... (Lhah, kok jadi kayak absen 7 turunan ya? ๐Ÿ˜„).
Di kehidupan itu gak ada yang namanya 100% salah, 100% bener. Emang UAS? Klo gak sesuai teori, berarti salah dan alamat dapet D. Kalau pas pake banget sama teori, dapet A+++++๐Ÿ˜„ Saja sst, jangan bilang bilang bu/pak dosen ya. Gak lucu kan kalo ada berita mahasiswi dapet nilai E sempurna pada ujiannya karna nyindir dosen?๐Ÿ˜ฐ

Misalnya nih ada guru yang ngasih tugas gambar ulat di atas daun. Trus ada satu anak yg kertasnya masih kosong. Padahal anak anak yg lain udah ada yang ngumpulin, ada yang mewarnai ulatnya dengan warna biru. Bagi si guru, salah gak tuh anak gak menggambar? Dapet nilai gak?
Tapi klo si anak jawab, "daunnya di makan ulat bu, jadi daunnya habis. Trus ulatnya berubah jadi kepompong kemudian jadi kupu kupu. Ya udah deh kupu kupunya terbang."๐Ÿ‘ฆ
Salah gak tuh anak?

Nah, hidup itu gitu. Salah bener cuma tergantung perspektif. Toh setiap orang pasti punya alasan kenapa dia bilang salah, kenapa dia bilang bener. Seperti halnya api gak akan muncul kalau gak ada pemicunya kan?๐Ÿ”ฅUntuk kebakaran, api itu sebabnya. Tapi untuk api, pemicu adalah penyebabnya. Dan untuk pemicu, yang menyalahkan pemicunyalah sebabnya. So, ini hanya permainan tentang sudut pandang kok...

Kayak si atom atom gas tuh.(ceileh... Sok sokan anak kimia... ๐Ÿ˜๐Ÿ˜…). Gas itu unsur paling bebas dibanding unsur yg lain. Udah bergerak bebas, semaunya sendiri, tapi manfaatnya gak kalah sama unsur padat dan cair. Jadi, klo misalnya si gas gas ini ditaruh di kotak, mereka gak akan pernah bisa diam. Geraaaaak terus, lari lariii terus. Tapi saat ada satu gas yang menabrak dinding kiri kotak, pasti ada satu gas juga yang menabrak dinding kanan kotak. Mereka melakukan untuk menyeimbangkan sistem. Kalo gak seimbang, bisa bisa meledak tuh kotak! ๐Ÿ’ฅ๐ŸŒŸ๐Ÿƒ

Begitupun kita. Saat kita melakukan sesuatu, pas ada aja tuh golongan kiri sama golongan kanan. Ada yang Cinta, pasti ada yang benci. Ada yang perhatian, pasti ada yang ngabaiin. Ada yang dekat, pasti ada jauh. Ada yang datang, pasti ada yang hilang. Semua itu ya untuk menyeimbangkan kehidupan kita...
Pernah bayangin gak klo di dunia ini hujannya bareng-bareng?๐Ÿ’ง๐Ÿ’ฆBisa bisa kita buka jamaah renang aja. Iya gak?๐Ÿ˜‚

Udahlah. Acuhin aja golongan kiri yang bisanya cuma ngelirik sambil bisik bisik. Anggap aja mereka bagian penyeimbang hidup kita(aku juga dalam perjuangan pengacuhan ini... ๐Ÿ™†๐Ÿ’ช).

Nah, gimana kalo sekarang kita taruh kedua tangan di atas perut, trus membungkuk dan bilang bareng bareng
"๊ฐ์‚ฌํ•ฉ๋‹ˆ๋‹ค (kamsahamnida~syukron~sie sie~arigato~trimakasih~matursuwun) udah nyeimbangin hidupku." trus tersenyum manis deh. Yang tersenyum, siap siap obat serangga. Ntar semutnya nyerang semua.(eak. Kok jadi ngegombal yak.๐Ÿ˜…)

An270916

0 komentar: