Senin, 06 November 2017

Aku Pamit

Aku pamit.

Kalimat yang ingin sekali kukatakan padanya. Padanya yang tlah lalu namun tak kunjung berlalu.
Tapi sayangnya rasaku bak benalu yang sulit lepas dari inangnya. Ia selalu berhasil melumpuhkan hasratku yang mencoba untuk terlepas dari bayangnya.

Aku pamit.

Hanya dua kata, namun berhasil membuat hatiku bergemuruh. Seakan ada pertarungan besar di sana. Pertarungan antara merelakan ataukah mempertahankan.

Dia adalah orang pertama yang menduduki singgahsana hatiku, pun meruntuhkannya. Seseorang yang kuharapkan menjadikanku yang terakhir. Seseorang yang kuharapkan setiap doa dalam sholatnya, akulah yang mengamini di belakangnya.

Namun, akankah harap tersampaikan tanpa ucap?
Akankah doa bersua di sepertiga malam?
Dan akankah ada pertemuan dalam akad?

Aku telah menunggu, namun kakiku sudah mulai lelah. Karena itu, haruskah kukatakan "Aku pamit" padanya?
Meskipun aku dan dia tak pernah bertamu. Hanya bertemu.
Yah, hanya saling mengetuk pintu lewat tatapan kalbu.


Nur Jannah, S
230917

0 komentar: