Senin, 06 November 2017

Ketika Aku Merajuk

Mungkin inilah pertama kali aku merajuk padanya.

Hal ini dimulai ketika aku mulai alpha dari keberadaanku. Bukannya menghindar, tapi aku hanya butuh waktu untuk men-taukid-kan perasaanku. E-mail darinya yang sengaja tak kubalas, bukan berarti aku tak memikirkannya. Justru kepalaku semakin penuh dengan jajaran huruf yang harus kutulis untuk membalasnya, atau beribu-ribu kata yang layak kuucapkan ketika bertemu dengannya. Salam dari teman-teman yang berkata kalau dia mencariku, membuatku gusar. Hingga akhirnya kuyakinkan diriku untuk mengambil langkah padanya. Namun, belum sempat aku mengeluarkan sepatah kata sapaan padanya, dia langsung berkata,

"Anna, kamu gak baca e-mail dari saya? Udah 2 minggu kmaren saya kirim."

Jleb! Tiba-tiba kakiku langsung lemas dan aku jatuh terduduk di atas lantai. Rasanya skenario yang udah aku persiapkan semalam suntuk runtuh sudah dengan kalimat yang ia katakan. Sepertinya ini adalah akhir dari diriku.

###

"Metode sintesis nya kamu ganti sol-gel aja ya. Pelajari lagi jurnal-jurnal dan segera menghadap saya. Mungkin ada sedikit yang harus kamu rubah di draft proposal sama judul kamu."

Deg! Jantungku serasa berhenti berdetak. Dirubah? Saat sudah hampir 5 kali revisi dan udah hampir tidak ada coretan merah lagi, tiba-tiba ngerubah judul?
Dan, apanya yang perubahannya cuma sedikit? Saat metode yang dirubah, mulai bab 1,2, apalagi 3, pasti banyak sekali perubahan. Mungkinkah ini aksi balas dendam?
Dan betapa bodohnya aku yang cuma bisa mengangguk-angguk seperti boneka kucing. Seharusnya aku menggeleng-geleng seperti anak bayi yang populer berkat aksinya menggelengkan kepala di jam dinding.

Seharusnya aku menanyakan hal ini padanya sebelum keluar ruangan dan menangis di pundak teman. "Bapak beneran tidak balas dendam kan? "

Apalah saya. Cuma mahasiswa biasa.

###

Ternyata mitos hindar-menghindari dosen benar adanya. Setelah kepatahan hatiku karnanya, rasanya bertatappun hati udah gak sanggup. Saat aku seharusnya berpapasan dengan beliau, kupilih jalan memutar agar kita tak bertemu. Tepat seperti pasangan yang tengah merajuk. Hanya saja objekku saat ini berbeda.
Entah kapan aku bisa menetralkan emosiku, yang jelas aku sudah bertekad untuk membalaskan dendamku dengan menyelesaikan revisianku dan perombakan besar-besaranku dalam satu malam.

Ada yang bilang kalau aku adalah pekerja keras.  Yah, aku adalah seorang gadis keras kepala yang akan berusaha sekeras mungkin untuk memperoleh apa yang aku inginkan. Dan saat aku sudah menata kiblat, aku bisa mengabaikan selatan dan utara.
Dan revisianku, selesai dalam satu malam.

Ketika aku merajuk
Nur jannah, S

*nya atau ia atau dia baca: beliau

0 komentar: