Minggu, 20 Maret 2016

19 maret 2016 (19.55 WIB)

Dry...
Aku kan tadi pulang naik bis. (Ya emang tiap pulang naik bisa sih kalau gak dijemput. Hahaha). Nah, kamu tau kan dry kalau aku udah keluar itu gak bisa kalau gak muterin pandanganku menangkap penggalan-penggalan kisah yang tak sengaja kutangkap di sekitar jalan?

Tadi aku mendapat sebuah kisah yang membuatku berpikir panjang dry. Tentang anak jalanan. Saat duduk di kursi bis, kebetulan saat itu hujan, aku melihat beberapa anak punk (pokoknya yang gak cowok gak cewek pake anting yang seakan ditabur di wajahnya, bajunya hitam dan aksesoris yg lainnya deh. Kamu faham kan dry??). Mereka duduk di tengah truk yang gak ada badannya itu lho dry... yang hbis tempatnya sopir, ada ruang kosong gak beratap, trus dibelakangnya ada ruang yg berdinding tempat ngangkut barang-barang besar. Tau kan? Pokoknya yang itu deh. Mereka kehujanan dry. Karena saat itu macet, dan kebetulan bisku di sebelah truk mereka, jadi aku bisa mencuri beberapa kisah yang tak sengaja mereka tunjukkan.

Ada tiga orang cowok dan satu cewek dry. Yang cowok sih kyaknya gak berbeda jauh gitu umurnya sama aku. Yang cewek sepertinya jauh lebih muda. Kalau memang anggapanku benar, cewek itu adik si cowok. Si cewek tampak menyentuh kakak(cowok) disampingnya. Ia tampak mengeluhkan sesuatu. Si kakak yg awalnya memeluk kedua lututnya seraya menenggelamkan kepalanya di atas lututnyapun menatap sang adik. Beberapa saat mereka tampak membicarakan sesuatu sebeluk kemudian sang kakak turun dari truk dan berjalan ke arah mobil pick up disampingnya. Ia berusaha berbicara dengan si sopir, tapi sepertinya ia mendapat penolakan dan ia hanya tersenyum dan berjalan ke belakang. Aku gak bisa melihatnya dry...
Trus gak lama kemudian si kakak balik dan menghampiri si adik. Ia menggeleng pelan dan seakan memberikan pengertian akan sesuatu pada adiknya. Si adik tampak ingin memproteskan sesuatu, tapi sepertinya urung. Dan akhirnya si kakak dan adik menenggelamkan wajah mereka di atas lutut kembali. Mereka menarik kaos yang mereka kenakan untuk berlindung dari hujan.

Melihat kisah itu, tentu saja hatiku miris. Aku tiba-tiba kepikiran. Kemana orang tua mereka? Orang tua yang seharusnya melindungi mereka, menasehati mereka, mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Jujur, pada awalnya aku memang takut jika berhadapan dengan mereka yang “berdandan” seperti itu. Tapi saat aku pikir-pikir lagi, apa salah mereka hingga mereka mendapatkan dakwaan “menakutkan” dariku? Dan tak menutup kemungkinan dari orang selain aku juga.
Dry, bukankah bayi itu terlahir suci? Jika mereka tumbuh menjadi seperti itu, itu bukan salah mereka kan dry?? Apakah aku egois jika menyalahkan orang tua mereka?? Bagaimanapun juga, saat masih kecil, mereka hanya mengenal bahasa kasih sayang. Jika lingkungan keras yang menjadikan mereka menjadi beringas, bukankah orang terdekat mereka yang memiliki peran??

Dan disaat seperti ini, aku jadi ingin berteman dengan mereka. Aku hanya ingin tau tentang mereka. Pasti sulit menjadi mereka kan dry? Saat setiap mata memandang mereka seakan hina, sedang mereka hanya ingin mendapatkan tatapan kasih sayang. Dan lagi-lagi aku kepikiran Haidar.
Aku ingin bercerita pada haidar tentang keinginanku ini. Aku ingin berteman dengan mereka. Sampai saat ini, selain haidar, belum ada yang kupercayai untuk mengenalkanku dengan dunia luar. Jika haidar dekat, mungkin aku sudah mengatakannya dan haidar akan dengan mudah bergaul dengan mereka. Sedang aku bisa mengikuti haidar di balik bahunya. Tapi haidar jauh. Masa iya aku minta haidar ke sini buat nemenin aku kenalan dan berteman dengan mereka?? Gak mungkin kan?😄😄😄

Haidar. Bagaimanpun juga, dia yang selalu memperkenalkanku dengan dunia luar tanpa aling-aling. Jika ayah dan ibu, mereka masih membatasi langkahku. Sedang haidar, ia membiarkanku melangkah tanpa menentukan garis yang tak boleh kulewati. Namun ia tetap memegang haluanku. Seenggaknya itulah yang aku rasakan. Jika aku menceritakan keinginanku ini pada ayah atau ibu, tentu saja mereka akan melarang tanpa mikir lagi. Bahkan kalau bisa jangan sampe aku bertemu dengan mereka yang ‘tampak’ berbahaya. Apa aku beraniin diri nyapa mereka duluan ya??😏 tapi kayaknya gak mungkin banget deh.😄

Hhh, haidar. Rasanya pengen kembali pada saat dimana aku bisa menceritakan segala hal padamu. Sekarang mau chat aja, masih mikir-mikir dulu. Khawatir kamu sibuk, keganggu, risih dkk. Kamu sih gak pernah ngomong langsung apa yang sebenernya kamu rasakan.
Iiih, kenapa juga aku punya perasaan ini sih! Seharusnya aku gak cepet-cepet sadar kalau ternyata aku punya perasaan yang berbeda padamu. Iya kan kok’??? Kalo gitu kan aku masih bisa beranggapan kalau kamu adalah ‘sahabat terbaikku’.
Maaf, salahku.😞

0 komentar: