31 maret 2016
Dry....
Aku cuma ingin bebas mengatakan apa yang aku inginkan. Marah, kecewa, terluka dan semuanya. Tapi kenapa rasanya sulit??
Selama di sini, aku gak pernah dimarahin temen se"keji" ini. Aku tau dia memang keras, tapi aku tak bisa menahan saat ia terus-terusa melemparkan batunya bertubi-tubi padaku.
Aku udah berusaha melunak meskipun sebenarnya dia yang memegang peran penting dalam masalah ini. Aku minta maaf selayaknya akulah penyebab semuanya. Namun, kenapa ia malah mendaratkan ucapan yang menuduhku?
Dry...
Kamu tau kan aku tak pandai berbicara?? Kamu juga tau aku tak terlalu mampu meluapkan amarahku sekenanya?? Dan karena itulah aku lebih percaya saat air mata yang mengatakannya padaku.
Saat ia melontarkan semua amarahnya, aku hanya bisa diam sembari menenangkan diriku sendiri kalau semuanya akan baik-baik saja. Tapi ternyata air mataku yang memaksaku untuk menyadari kalau aku tak baik-baik saja. Air mataku membangunkan hati lemahku untuk melihat kalau tak seharusnya aku menutupi celah temanku dengan hatiku.
Sebenarnya aku ingin sekali mengatakan semuanya pada temanku. Kalau ia tak seharusnya memikirkan dirinya sendiri. Tapi aku tak bisa marah dry!! Yang keluar cuma kata "maaf, salahku." Bukankah itu sudah cukup untuk mengakhiri? Tapi kenapa semakin banyak tuduhan yang terucap. Bahkan tuduhannya hanya karena kesalahan kecil ucapanku. Apakah ia tidak sejenak berpikir seberapa kali lipat tajamnya ucapan dan tingkahnya yang menggores hatiku namun kuabaikan??
Dan yang dilakukan sahabatmu ini ya cuma nangis!!
Aku kecewa pada diriku sendiri dry...😞
0 komentar: