Rabu, 09 Maret 2016

Risma


Kita panggil dia Risma saja ya…^_^ Risma adalah salah satu ‘perempuan’ yang sangat menyayangi Haidar. Aku gak tau hubungan mereka sebelumnya. Yang aku tau mereka dekat saat MTs dulu. Dan saat mereka tiba-tiba mengambil jarak ketika di akhir kelas IX, aku pernah bertindak sebagai merpati penyampai salam sekaligus sang pejuang perekat hubungan mereka lagi. Karena itulah sebelum aku menetapkan ‘kokok’ sebagai nama panggilanku pada haidar, aku memanggil haidar ‘mas’ dan memanggil Risma ‘neng’. Maklum, aku dulu kan termasuk kecil imut-imut gitu… hehehe
Mungkin dari situlah kedekatan antara aku dan haidar berawal. Meskipun sebenarnya ya… saat pertama kali masuk kelas, aku merasakan ada hal yang aneh saat menatap haidar. Cinta pada pandangan pertama?? Enggak kok. Aku Cuma bilang ada perasaan yang aneh saja. Tapi ya buru-buru ku kubur saja saat aku melihat kedekatan haidar dan Risma. Hehehe. Sekali lagi, Cuma perasaan aneh! Jangan anggap lebih!

Oh iya, pas di MTs, aku, risma dan haidar sekelas lho...😄

Tentang Risma, ia adalah perempuan yang sangat cantik. Aku yakin setiap lelaki yang pertama kali melihatnya akan langsung menjatuhkan pandangannya pada risma. Bisa dibilang risma adalah primadona sekolah. Udah cantik, masuk kelas unggulan lagi. Kalau aku sih… paling juga kecilnya aja yang dikenal. Hahaha. Risma satu tahun lebih tua dariku. Awalnya aku tak terlalu dekat dengan risma meskipun kita berada di asrama yang sama saat di pesantren. Tapi sejak aku sempat menjadi ‘tukang pos’nya, aku dan risma menjadi dekat. Bahkan ia termasuk dalam orang-orang yang kupercayai. Lebih simpelnya, dia adalah sahabatku. Dan tak jarang aku menceritakan keluh kesahku padanya. Awalnya persahabatan kami berjalan seperti selayaknya. Tapi semenjak aku –tanpa sadar- menjadi lebih dekat dengan haidar, perlahan risma mulai menjaga jarak denganku. Padahal aku sudah menjelaskan kalau aku dan haidar hanya bersahabat saja . hubungan kita hanya sebatas mas dan adek–meskipun pada akhirnya aku memiliki sebuah rasa yang tak seharusnya ada dalam sebuah persahabatan-. Ia berkata kalau ia tak percaya padaku. Ia tak percaya kalau hubungan kita hanya sebatas itu.
“rasanya sakit kalau tiap hari harus melihatmu dek.” Katanya suatu waktu. Aku tak peduli dengan perkataannya. Tak seharusnya ia menyangkut pautkan persahabatanku dan dia hanya karena haidar. Jadi aku masih tetap berusaha mendekatinya meskipun risma selalu mengambil jarak denganku. Namun seiring berjalannya waktu, aku merasa menjadi orang yang paling jahat karena tak memikirkan perasaan risma. Bayangkan saja orang yang disayanginya ternyata dekat dengan sahabatnya sendiri –meskipun pada saat itu hatiku masih berpihak pada Fatih-. Meskipun sejatinya aku dan haidar tak pernah menjalin sebuah hubungan yang mengatasnamakan ‘pacaran’ atau yang lainnya, tapi secara harfiah, secara yang dilihat oleh mata yang mengamati kita, aku dan haidar tampak seperti orang yang tengah menjalin sebuah hubungan. Jadi bagaimana mungkin hal itu tak menyakiti perasaan Risma? Karena itulah aku menuruti Risma untuk membatasi jarak diantara kita meskipun sebenarnya aku sedikit keberatan.
Sekarang Risma juga kuliah di salah satu universitas negeri di Madura. Ia menjadi seorang aktivis cantik dan berbakat disana. Ia mengambil konsentrasi pendidikan bahasa dan sastra di Indonesia di sana. Aku tak tau apakah ia punya seseorang yang lain di sana. Yang aku tau, risma masih tidak bisa melupakan haidar.

0 komentar: